Ingin saya ungkap detail, tapi saya hanya ingin menyampaikan poin penting dalam suksesi politik atau kampanye pemilu, dimana selama ini hanya menggunakan pendekatan marketing. Hal itu hanya seputar sentimen pasar dan segmentasi pasar.
Ada indikator sederhana tentang suksesi kekuasaan, yakni membangun kekuatan; meredam konflik; menarik kepercayaan; selama ini yang dikerjakan calon eksekutif maupun legislatif dengan timnya hanya bagaimana mengelabui publik/pasar agar menarik kepercayaan mereka, dengan menciptakan diferensi atau pembeda bahwa dagangannya berbeda dari lainnya.
Hal ini untuk menciptakan sentimen bahwa produk (kandidatnya) terlihat unggul daripada lainnya. Sentimen diciptakan berbeda-beda atau promosi disiarkan berbeda sesuai segmentasi pasar.
Disinilah mulai polarisasi itu terjadi, ketika mempromosikan perbedaan kandidat terjebak pada regresi baik-buruk atau benar-salah. Identitas terbentuk sebab sentimen yang diciptakan kandidat dan timnya, termasuk sektoral sebab perilaku strategi marketing kandidat dan timnya pada segmentasi pasar/rakyat. Saya tidak mengatakan bahwa kandidat secara langsung atau tidak yang mempromosikan perbedaan.
Penekanan sentimen dan segmentasi hanyalah bagaimana menarik kepercayaan pasar/rakyat atau masyarakat. Hal ini sebab ketidakberdayaan kandidat dan timnya dalam membangun kekuatan pasukan dan gagasan-gagasan pembangunan untuk meredam konflik.
Hanya partai politik yang punya sumberdaya membangun kekuatan kader dari semua kalangan masyarakat untuk disiapkan menjadi kepemimpinan bangsa dan mampu meredam permasalahan dengan gagasan-gagasan pembangunan seharusnya, sayangnya tidak semua partai punya sumberdaya itu untuk membangun kepercayaan sebagai platform.
Politik identitas dan sektoral sah-sah saja selama itu berangkat dari sektoral gagasan pembangunan setiap segmentasi atau daerah yang pasti punya ciri khas sumberdaya. Baik sebenarnya identitas itu jika menunjukkan kualitas kekuatan kepemimpinan yang terbangun pada dirinya sebab usaha partai dalam mengkader atau membangun pasukan.
Menurut pengamatan saya, sumber konflik politik identitas dan sektoral sebab ada kebohongan besar atau penipuan informasi promosi kandidat yang memaksakan kepercayaan pada pasar/rakyat atau masyarakat, menutupi keburukan kekuatan kualitas kepemimpinan kandidat tersebut dan ketidakmampuan memecahkan permasalahan-permasalahan kebijakan publik, maksud dari kebohongan dan penipuan itu.
Jika boleh jujur, masyarakat harus melihat partai daripada kandidat, sebab partai yang punya sumberdaya membangun kekuatan, memecahkan permasalahan, dan menarik kepercayaan masyarakat. Tapi sering kali, tokoh independen dengan pendekatan marketing membajak sumberdaya atau resource partai itu untuk kepentingan tokoh independen itu mencalonkan dan mendapatkan kekuasaan pemerintahan.
Hal ini banyak ketika pemilu eksekutif maupun legislatif seorang tokoh independen yang mampu menyewa lembaga konsultan politik atau survei yang pendekatannya marketing pasar bukan bisnis secara umum semacam intelegensia bisnis. Jika pendekatan analisis bisnis maka kurang lebih akan sama dengan pendekatan analisis kekuatan politik.
Simpelnya, sumber permasalahan konflik berlatar politik identitas atau sektoral adalah sebab tim pemasaran barang buruk, membeli perusahaan agar seperti produk perusahaan tersebut, sehingga barang buruk itu lolos quality control dan masuk pasaran. Tim pemasaran tentunya melakukan pembohongan publik dan penipuan sertifikasi quality control dengan berbagai macam cara agar barang buruk itu laku.
Misalnya, seseorang memakan barang buruk yang diawetkan dengan formalin atau pengawet agar tetap bagus dan berkelas itu barang, tapi kemudian hari pemakannya kena kanker misalnya atau penyakit lain, sebab dibohongi dan tertipu oleh iklan makanan. Masyarakat yang kena penyakit kanker itu dibilangin buang kankernya agar tidak sakit. Kalau kita paham, harusnya penyebab penyakit itu dibuang.
Kesimpulan, menurut saya apapun itu baik asalkan dilandasi keilmuan dan kejujuran serta sadar diri. Maksudnya, metode suksesi harus runut dan benar tidak diambil sepotong saja. Jujur itu suatu manipulasi kebenaran kata seorang filsuf, jika kebohongan dan penipuan tidak ingin terjadi berlakulah benar sejak alam pikiran.
Sadar diri itu juga susah jika bicara sahwat politik, tapi masyarakat harus di edukasi tentang kualitas kepemimpinan produk partai, sebab dalam UUD, partai sebagai peserta Pemilu dan yang boleh mengusulkan kepemimpinan, independen boleh tingkat lokal (identitas/sektoral).
Artinya, jangan beli barang yang dicomot partai atau bukan produk partai. Sebab banyak partai gak punya produk tapi asal comot, ada juga produk buruk beli partai sebagai kendaraan saja. Saya tidak akan mengatakan permasalahan ini muasalnya dari partai yang tidak punya kemampuan memproduksi kader atau dari kandidat yang buruk membeli partai sebagai kendaraan, seperti banyak pemilu eksekutif yang diistilahkan pembajakan partai penyebab konflik berlatar identitas dan sektoral ini. Semua harus introspeksi dan menata diri.