Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Memento Mori (Ingat kita pasti akan mati)

6 November 2015   01:07 Diperbarui: 6 November 2015   01:13 889 0

 

Gambar diatas adalah sebuah ilustrasi tanpa nama yang dibuat oleh Andreas Vesaleus di tahun 1543. Vesalius sendiri adalah bapak pendiri anatomi modern dan pernah mempublikasikan karya anatominya berupa buku berjudul "De humanis corpori fabrica." Gambar Andreas ini merupakan gambaran dengan konsep Memento Mori. Gambaran mengenai sosok tengkorak yang hidup dan digambarkan seolah-olah hanya kerangkanya, yang juga sedang memeriksa orang mati. Ibaratnya orang mati memeriksa orang mati.

Konsep memento mori sendiri sebenarnya merupakan suatu pemikiran filsafat mengenai kematian. Memento mori berarti "ingat bahwa kita pasti mati", sebuah slogan pengingat untuk melawan kesombongan dan keangkuhan yang ada pada diri setiap manusia. Memento mori merupakan teori Latin Abad Pertengahan yang pada intinya menjelaskan bahwa hidup di dunia dan segala materi di dunia ini hanyalah bersifat sementara, pada akhirnya toh kita pasti mati juga. Konsep kematian ini juga berhubungan dengan ars moriendi (The Art of Dying / Konsep kematian). 

Teori mengenai kematian ini muncul di era klasik Plato, Socrates, hingga di era Abad Pertengahan Eropa hingga zaman keemasan Victoria, dan banyak digunakan oleh para filsuf untuk mengingatkan orang akan kematian. Gambaran-gambaran mengenai tengkorak, kematian, tarian kematian, kuburan, dan hal-hal yang mengingatkan kita pada kematian, menjadi sebuah gambaran yang seringkali digunakan sebagai cara ampuh untuk mengingatkan manusia lain bahwa hidup hanyalah sebentar. Berbeda dengan "Carpe diem" (Seize the Day) dimana teori tersebut lebih mengajak kita untuk menciptakan hidup yang benar-benar hidup, menjalani hidup sehari dengan hidup yang menyenangkan dan lebih dikenang, "memento mori" ini justru tidak melihat dari sisi kesenangan yang didapat manusia dalam sehari saja, melainkan lihatlah dari sisi lain, toh sesenang-senangnya manusia dalam sehari, dalam setahun, dalam puluhan tahun, toh akan mati juga. Jika dalam carpe diem manusia diajak untuk menghabiskan waktu dengan mencari kesenangan dan kepuasan sebanyak mungkin, agar hidup tidak sia-sia, dalam memento mori manusia diajak merenung, berpikir, bahwa kematian tidak dapat dicegah. 

Sub-tema dari seni memento mori adalah Danse Macabre (Dansa Kematian). Tema seni kematian muncul pada akhir Abad Pertengahan dan menjadi sangat populer ketika era Renaissance. Lukisan atau gambaran mengenai Dance of Death secara umum menggambarkan tengkorak, atau bisa juga menggambarkan sosok Malaikat Pencabut Nyawa (Grim Reaper) entah itu yang sedang berjalan, duduk, atau bermain musik. Untuk menyampaikan konsep kematian secara umum, orang-orang mulai dari raja, petani, anak-anak, diajak oleh sosok tengkorak untuk secara bersuka ria tertawa bersama mereka, menari bersama mereka, sebuah tarian yang mengajak ke kuburan. Seni Dansa Kematian juga merupakan seni yang mengajak orang-orang yang masih hidup untuk berjalan ke kuburan, dalam artian mengingat mati. Seni Dansa Kematian (Dance of Death) juga tidak hanya ada dalam bentuk lukisan, melainkan juga muncul dalam bentuk puisi dan drama. Tema yang muncul biasanya merupakan bentuk kehororan yang terjadi di abad ke-14, yakni kelaparan (mati kelaparan), Peperangan, dan hal-hal lain yang mengingatkan tentang kematian. 
Sub-tema memento mori lain disebut vanitas (vanity), atau disebut kesombongan. Biasanya tema vanitas menggambarkan keangkuhan manusia dan membandingkannya dengan kematian. Motif tema vanity juga merupakan gambaran tema yang sangat populer pada zaman keemasan Dutch di abad ke-16 dan ke-17. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun