Demikin juga dengan kiper Persis Sandy Firmansyah memilih jalan yang sama dengan alasan serupa. Keterlambatan konsorsium membayar gaji sesuai dengan kontrak yang ada membuat keduanya kecewa dan memutuskan mundur dari klub yang selama ini dibela.
Tentu, apa yang dialami oleh Persis juga dirasakan oleh klub lain seperti Persema, Persija IPL dll. Hal ini telah lama terjadi dan telah meluas ke publik namun sepertinya belum ada tindakan nyata yang dilakukan oleh konsorsium sebagai penyandang dana.
Jalan yang telah diambil oleh pelatih kiper dan kiper Persis Solo tersebut semestinya menjadi warning bagi konsorsium dan PSSI bahwa masalah yang tengah terjadi bukanlah hal sepele tetapi menyangkut hidup pemain dan keluarga tanggungannya. Bukan tidak mungkin bila keterlambatan gaji ini tidak segera diselesaikan, akan banyak pengurus, pelatih dan pemain lain yang mengikuti langkah serupa atau minimal melakukan tuntutan yang bersifat masif ke pihak konsosium.
Rencana penyelenggara liga, PT LPIS untuk mempertemukan klub-klub dan konsorsium dalam mencari jalan keluar terkait masalah tsb harus segera dilaksanakan dan dapat dengan cepat menghasilkan keputusan yang melegakan semua terutama para pengurus, pelatih dan pemain klub.
PSSI pun semestinya berperan aktif untuk memperjuangkan nasib para pelatih dan pemain. PSSI tidak bisa lepas dari tanggung jawab dalam mengawal berjalannya liga serta segala sendi yang berkecimpung di dalamnya. Semua insan sepakbola nasional pasti sangat berharap apa yang terjadi di klub Persis Solo adalah yang terakhir.
Semoga tidak ada lagi pelatih dan pemain yang menjadi korban.
Semoga tulisan ini tidak dicap menghujat dan mencaci. Tidak netral? up to u
sumber opini:
http://id.olahraga.yahoo.com/news/gaji-tertunggak-pelatih-dan-kiper-persis-solo-mundur-032500960--sow.html