Tentu saja bukan karena mereka tidak mau namun regulasi yang ada tidak memungkinkan. Sangat diharamkan seseorang memiliki lebih dari satu klub dalam satu liga seperti di Liga Primer Inggris juga di liga lainnya macam La Liga, Serie-A bahkan seluruh liga dunia yang menganut paham profesional pun demikian adanya. Ini dilakukan untuk menjaga asas yang paling baku, fair play. Sangat berbahaya bila dua klub dalam satu liga dimiliki satu orang/lembaga. Persengkongkolan, pengaturan hasil pertandingan sangat terbuka untuk terjadi. Di sinilah terlihat bahwa penetrasi profesionalitas liga negara maju bukan lagi sekedar mandiri.
Bagaimana liga di Indonesia khususnya IPL dengan adanya fakta satu lembaga atau konsorsium memegang kendali banyak klub?
Okelah, pasti ada alasan di sini liga dimulai dari nol. Semua klub (tepatnya sebagian besar) dirangkul dan dibina secara manajerial plus tunjangan dana agar dalam beberapa tahun kedepan bisa mandiri. Bila keadaan normal, dalam arti di kasta tertinggi tak ada istilah ISL dan IPL kemungkinan besar terus melaju dan mencapai progress yang meningkat. Namun dualisme kompetisi telah terjadi dan mencapai babak krusial dengan wacana rekonsiliasi.
Bagaimana halnya dengan rekonsiliasi dengan salah satu draftnya menggabungkan klub2 ISL dan IPL?
Sangat riskan bila klub-klub ISL berkompetisi bersama klub-klub IPL dengan adanya fakta klub-klub IPL tsb dikendalikan oleh satu konsorsium (kecuali Persebaya 1927, Arema ancorra, PSM) ditambah lagi konsorsium tersebut begitu erat kaitannya dengan penguasa PSSI dibawah kendali Djohar Arifin.
Masuk akal kah bila ada kekhawatiran dari klub-klub ISL akan diperlakukan tak adil seperti anak tiri? Lumrahkah mereka merasakannya? Sepakbola memang hanya sebuah permainan namun disitu pula tempat diperjuangkannya sebuah kehormatan, prestise, kepuasan batin serta sumbu putaran uang yang tidak sedikit.
Mungkin akan sangat banyak kekhawatiran lain yang lebih mendetail terkait jalannya kompetisi namun tak perlu lah dikemukan, anda bisa menangkapnya.
Sungguh ironis bila nanti konsorsium yang digadang-gadang sebagai motor penggerak tema profesionalitas liga dan klub menjadi ganjalan rekonsiliasi.
Win-win solution menjadi harapan semua.