Tentunya jika melihat angka tersebut tidak berada pada kata banyak, namun sangat banyak. bayangkan betapa keruhnya jejaring media sosial saat ini. Dikarenakan aktivitas bersosial media itu adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara Online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu dan banyak penggunanya, maka tidak memungkiri akan adanya masalah komunikasi dalam pelaksanaannya.
Contohlah kasus hoaks yang sudah banyak terjadi, seperti kasusnya Ratna Sarumpaet, babi ngepet, dan Dwi Hartanto yang digadang-gadang sebagai penerus pak Habibi. Ada juga kasus karena ujaran kebencian seperti kasusnya Ahmad Dhani, musisi ibukota ini dilaporkan oleh sebuah kelompok pendukung Ahok-
Djarot, yaitu BTP Network terkait dengan penyebaran informasi yang menimbulkan kebencian.
Kasus-kasus di atas akan menimbulkan dampak negatif terhadap pelaku dan pengguna yang lainnya. Seperti pidana bagi pelaku, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga/instansi pemerintah, timbulnya rasa cemas, munculnya kekhawatiran, ketakutan, rasa curiga, hilangnya rasa saling percaya, permusuhan dan terdegradasinya etika serta sopan santun di masyarakat. Dampak ini timbul dikarenakan banyak faktor, salah satunya tidak adanya landasan etika komunikasi dalam penggunaan sosial media.
Padahal dalam Al- Quran sendiri sudah dijelaskan bagaimana etika berkomunikasi yang dapat dipraktikkan dalam penggunaan sosial media maupun dalam keseharian kita.
Komunikasi dalam Al-Quran
Al-Quran menyebutkan bahwa komunikasi merupakan salah satu fitrah manusia. Dengan komunikasi manusia dapat mengekspresikan dirinya dan membentuk jaringan interaksi untuk berkomunikasi sosial guna mengembangkan kepribadiannya.
Seperti berkata verkatalah dengan Qaulan sadidan, kata tersebut disebut dua kali disebut dalam Al-Quran. yang pertama, Allah menyuruh manusia menyampaikan qoulan sadidan (perkataan yang benar) dalam urusan anak yatim dan keturunan yakni di QS. 4:9. Yang kedua, di QS. 33/70 yang di dalamnya Allah memerintahkan qoulan sesudah bertakwa.
Dari dua ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Allah memerintahkan manusia untuk senantiasa bertakwa yang harus di barengi dengan perkataan yang benar adanya. Allah akan senantiasa memberikan balasan sesuai dengan amal-amal yang telah di perbuat dan Allah akan mengampuni dosamu. Barang siapa yang taat dan bertakwa kepada Allah niscaya akan memperoleh keberuntungan yang berlimpah. Berkata dengan benar adalah prinsip komunikasi yang terkandung dalam Al-Quran dan mengandung makna dan pengertian yang benar.
Ada juga Qoulan Balighan, yang bermakna perkataan yang sampai kepada maksud dan berpengaruh sehingga membekas dijiwa. Dalam Al-Quran Qoulan Balighan di ungkapkan dalam surah An-Nisa' ayat 63 yang di dalamnya yaitu perkataan yang memiliki maksud dan tujuan yang jelas. Berkata hingga berbekas dijiwa yang dimaksud di sini adalah perkataan yang
memiliki makna yang jelas sehingga lawan dalam berkomunikasi dapat menangkap dan bahkan mengingat di dalam jiwa mereka.
Tidak cukup dengan dua di atas, dalam etika berkomunikasi berkatalah yang mudah dipahami oleh lawan bicaranya. Kalau dalam Al quran disebut Qoulan mansyuran (perkataan yang mudah) yang tercantum dalam surah Al-Isro'ayat 28.maksudnya, dengan bahasa yang mudah dimengerti sangatlah penting. Karena jika lawan komunikasinya tidak memahami yang disampaikan maka akan menimbulkan kesalah pahaman.
Bertutur kata yang lembut (Qoulan layyinan) di medsos juga disebutkan dalam Al-qur'an surah Thaha ayat 44. Di dalam surat tersebut menjelaskan kesimpulan bahwa etika berkomunikasi memiliki prinsip berkata dengan lemah lembut. Dalam prinsip Qoulan layyinan ini menganjurkan untuk kita menggunakan bahasa yang lemah lembut agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara kita.
Terakhir, Qoulan kariman (perkataan yang mulia dan berharga). Ungkapan ini diabadikan oleh Allah dalam Al-Quran surah Al-Isro' ayat 23. di dalamnya menjelaskan
bahwasanya prinsip etika berkomunikasi salah satunya adalah Qoulan kariman yaitu berkata dengan berharga atau yang mulia. Seperti halnya ketika berkata dengan orang tua harus menggunakan kata-kata yang mulia agar tidak menyakiti hati orang tua. Kata "ah" dalam ayat tersebut merupakan kata yang tidak sopan ketika harus diucapkan kepada orang tua. Jadi, gunakanlah kata yang mulia untuk siapa pun sesuai dengan prinsip ini.
Jika dilihat bagaimana Al-Quran mengajarkan bagaimana kita berkomunikasi dengan baik terlebih di sosial media, tentunya kita perlu berhati-hati dalam bertutur kata sehingga dapat memberikan dampak positif kepada kita maupun pengguna yang lainnya, dan terhindar dari dampak negatif. [Wahhab]