Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Hilang

19 November 2024   11:23 Diperbarui: 19 November 2024   11:26 16 2
Kakinya melangkah dengan cepat bagaikan hewan kaki seribu merayap tak bersuara. Senyap tak bersuara. Tiba-tiba saja suara keras pada pintu rumah.

Santi seperti kesurupan matanya membelalak, nafasnya tak beratiran menahan emosi yang sedang naik. Ia mengepalkan tangan, Andai saya Yusuf tak memeluknya mungkin tangan kanannya sudah mengantam tembok, meskipun akan menyakiti diri sendiri.

"masalahnya sih sepele" ujar pak de yang menyaksikan akar permasalahannya.

Empat jam berlalu Santi di jemput oleh dua rekan sekolahnya. "iya itu memang temannya" ujar pak de meyakinkan. setelah ia pulang sekolah.

Neneknya mengerutu setiap Santi pergi, padahal pekerjaan rumah banyak sekali, belum lagi neneknya yang mempunyai warung makanan di rumahnya pasti banyak yang harus dikerjakan, Nyuci nampan atau harus mengerjakan yang lain.

Tapi, itu tak dilakukanya oleh cucunya. Ia memilih ajakan teman-temannya untuk bermain.

Memang, nenek santi tidak sengaja menumpahkan segala kekecewaan kepada tetangga yang membeli bakwan. kemudian kekecewaan neneknya Santi juga diketahui oleh tetangga lain.

Tetangga yang mengunjing Santi itu di sampaikan oleh temannya kepada Santi saat sedang hang out. Ia merasa malu mendengarnya, bagaikan ia tertampar dan dipermalukan oleh neneknya sendiri.

Memang, nenek santi tidak sengaja menumpahkan segala kekecewaan kepada tetangga yang membeli bakwan. kemudian kekecewaan neneknya Santi juga diketahui oleh tetangga lain.

Tetangga yang mengunjing Santi itu di sampaikan oleh temannya kepada Santi saat sedang hang out. Ia merasa malu mendengarnya, bagaikan ia tertampar dan dipermalukan oleh neneknya sendiri.

Tak lama setelah mendengar berita itu Santi pergi meninggalkan rekannya tanpa pamit, rekannya kebingungan berbisik kepada rekan lainya.

"Santi marah kali ya".

Yusuf yang menyaksikan Santi menuju neneknya bertanya-tanya, tanganya terkepal saat disapa tak menjawab, Yusuf mengikutinya dari belakang.

Santi di titipkan oleh ibunya yang bekerja di luar negeri sebagai PMI kepada neneknya hampir setahun. Sedangkan bapaknya tak berkabar setelah ia pamit untuk ikut berlayar dengan juragan kapal di desanya. Sehingga ibunya Santi memberanikan diri untuk jadi PMI demi masa depan anaknya dan memperbaiki kehidupanya.

Di desanya menjadi PMI adalah candu, setiap rumah pasti ada anggota keluarganya yang menjadi PMI. PMI adalah pilihan pekerjaan yang menjanjikan. Mengangkat martabak keluarga. Tiga tahun bekerja membangun rumah dan membeli sepetak sawah jaminannya.

"Pekerjaan di rumah atau di Indonesia tak bisa menjanjikan apa-apa hanya untuk bertahan hidup saja". ujar Udin, Bapak tiga anak yang ketiga anaknya menjadi PMI di negeri Jiran. Udin dan istrinya rumahnya bak sekolah day care bagi cucu-cucunya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun