"Feed IGnya aja rapih apa lagi pondoknya, Inikan mencerminkan karakter pesantrennya". ujar Linda menemani kami -Sirkus mubadalah yang baru saja jleg..
Dari sekiaj daftar pesantren yang disodorkan keluarganya Linda memilih pondok pesantren @pptialfalahsalati.ga lantaran alasan tadi.
Kini Linda menjadi mahasiswi semester 5 di kampus Islam ternama di Kota Salatiga, Jadi santri di pondok dan jadi mahasiswa sangat berat mengatur waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas kampus dan ngaji di pondok. Di Tahun ketiga ini tidak masalah dengan tugas kampus dan ngaji, nyatanya dia bertahan sampai sekarang.
Berbeda dengan Falah -bukan nama sebenarnya. Ia begitu terkejut saat hari pertama mondok di pesantren ini kamar santri laki-laki dan perempuan terpisah oleh dua ruangan saja, dapur umum dan ruang tamu, begitu juga dengan kegiatan ngaji dan shalat berjamaah.
"kaget mas.. kok ada pesantren ngaji dan jamaahnya dibarengin". ujar Falah sambil tersenyum.
Falah adalah santri asal kota Bahari, Tegal bagian atas. Sebelumnya ia nyantri di kota Cirebon yang mempunyai karakter pesantren yang komunal, dalam arti hanya
hanya santri laki-laki saja. Sedangakan asrama santri putri jaraknya jauh sekali dan tidak berinteraksi langsung.
Menurut Falah menanggapi pesantren dengan pola interaksi langsung dengan santri putri justru menjadi dewasa.
"yo wajar toh mas rasa suka kepada santri putri, tapikan pesantren punya aturan, salah satunya tidak boleh pacaran. misale nggak boleh berboncengan motor dengan santri putri".
Dua kisah santri PTTI al Falah Salatiga tersebut menununjukan kepada kita bahwa era digital peran media dan pesantren sangat penting untuk menjadi platform menarik generasi z untuk memilih pesantren. Linda sangat sederhana pilihan pesantrennya lantaran platform media sosialnya rapih.
Falah merasa menjadi lebih dewasa menjadi santri ini dengan model santri putra dan putri beintraksi langsung.
Pengasuh Perempuan.
Banyak cerita pondok pesantren yang tetkala kiainya meninggal ditinggalkan oleh santrinya alias bubar.
Namun bagi Pondok Pesantren al Falah ini sejak meninggalnya sosok kiai pada tahun 2015, justru santri tambah banyak.
Kepergian Romo KH, Muhammad Zoemri RWS nahkoda pesantren langsung dalam komandoi oleh  Nyai. Hj. Latifah. Berkat tangan dinginnya mengayomi santri kini Pondok Pesantren al Falah menjadi rujukan para calon santri untuk mencari ilmu agama di berbagai daerah.