Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Berdzikir

5 Juli 2020   08:48 Diperbarui: 5 Juli 2020   09:01 61 3
Laa Ilaha Illallah..
Laa Ilaha Illallah..
Laa Ilaha Illallah..

1 2 3 4 5 6...

BERDZIKIR bukan hanya ucapan dimulut, dipikiran atau dihati saja...

Beribu kali ucapan dzikir dimulut, dipikiran atau dihati sekalipun, kalau tidak dengan RASA yang didapatkan pada saar berdzikir sama saja dengan ucapan berhitung....

Setiap saat kemanapun memegang Tasbih, menjentikan tangan dibiji Tasbih, dimanapun dan kapanpun, tidak akan mampu memberi sesuatu kedalam dirinya, selain mendapatkan ke-egoan  kebanggaan dan pujian dari sesama Manusia...

Kenapa harus dengan RASA ?
Karena Manusia dengan me-RASA-kan apa-apa, mampu merubah pola pikirnya dan berbuat apa yang terbaik buat dirinya...

Misal RASA takut mencuri, secara naluri normalnya Manusia akan menghindar dengan sikap atau laku apa yang menjadi ketakutan itu, dan dia tidak akan mau mencuri...

RASA khawatir, secara naluri Manusia akan berusaha dengan langkah merubah atau memperbaiki apa yang menjadi sebab kekhawatiran itu...

Yaa Allah...
Lalu dia marah membentak sesama...

Astagfirullahaladziiim...
Lalu dia menendang batu yang menyandungnya...

Allahu Akbar..
Lalu dia anarkis merusak bahkan membunuh...

Apakah betul RASA yang hadir itu demikian  ?
Apakah benar semua reaksinya atas Asma Allah itu begitu ?

Inilah akibatnya bila hanya ucap tak ber-RASA, apa bedanya dengan LATAH...

Apa maksud dari berdzikir yang dianjurkan oleh Junjungan Nabi...?

Ketika seseorang menyebut Asma Allah, dengan benar Dzat-NYA akan hadir dengan RASA-NYA..

RASA KETENTRAMAN

Ketentraman tersebut bukan tentram datang dari dunia yang akan sirna, seperti rasa tentram akan kecukupan hidup, bukan tentram seperti suasana desa, bukan tentram seperti tidak ada masalah....

Tapi, KETENTRAMAN yang lepas dari pengaruh AKAL PIKIR dan HATI Manusia, KETENTRAMAN yang datang dari DZAT-NYA yang hadir menyertai ketika Asma-NYA dipanggil...

Sehingga KETENTRAMAN ini akan melapangkan dada dan meluaskan akal pikir dalam menghadapi kondisi maupun dalam bertindak..

Ketika Manusia terlepas dari AKAL PIKIR dan HATI nya, maka BIMBINGAN TUHAN yang tak terhalangi Akal dan Hatinya, akan meresap masuk kedalam JIWA, sehingga timbul perilaku yang bijak dalam setiap gerak langkahnya, yang tidak diatur lagi oleh AKAL PIKIR dan HATI, tapi JIWA yang suci yang mengatur setiap sikap dan langkahnya...

Itulah perlunya JIWA hidup agar mampu menerima komunikasi dengan SANG MAHA KHALIK...

Jadi dzikir yang benar adalah bukan ucapan saja tapi menghadirkan Dzat ALLAH kedalam diri, sehingga ter-RASA dalam dada, ADANYA..

Dengan demikian dalam segala tindak tanduknya dapat merasakan KEHADIRANYA seolah selalu hidup BERSAMANYA...
Dan menjadi Manusia bijak BERSAMANYA...

Dan bukan jumlah dzikir serta alat berdzikir yang menjadi utama dalam dzikir namun RASA itu yang harus selalu didapatkan dalam dzikir...

Bersenandungpun mempunyai RASA, rasa galau, rasa senang, rindu atau benci dalam dada...

Berdzikirlah dengn RASA setiap saat kapanpun dan dimanapun....

Wallahu'alam bis shawabi..

#cerdaskanumat
#hapuspembodohanumat

Dobo.Aru
Abd.Pj720

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun