Sedangkan walau sebaik apapun kalau produk dari hasil sebuah NAFSU tetap merupakan suatu NAFSU atau KEINGINAN MANUSIA, bukan keinginan dari TUHAN SANG PENCIPTA ALAM.
Ciri-ciri utama dari sesuatu hal yang merupakan produk NAFSU adalah selalu ber "PAMRIH", yang kedua ada "NIAT"...
PAMRIH yang halus sehingga tak terasa adanya pamrih, ataupun pamrih yang kasar yang memang terlihat dan sangat diharapkan...
NIAT tidak sama dengan keinginan, karena tanpa niat pun keinginan dapat terlaksana kan.
NAFSU memang dianugerahkan kepada Manusia untuk memelihara hidupnya di Dunia, manusia tanpa NAFSU maka tidak akan jadi Manusia atau malahan akan mati kalau manusia tanpa NAFSU nya.
Semua Nafsu - nafsu itu didalam tubuh Manusia menjelma menjadi Nyawa atau Sukma atau Atma atau Qorrin(biasa disebut Jin Qorin).
Bagaimana keinginan manusia(NAFSU) itu bisa sejalan dengan Keinginan TUHAN ?
Allah SWT berfirman:
"Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ROH (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya."
(QS. Sad 38: Ayat 72)
Apakah ROH yang ALLAH SWT tiupkan itu berupa NAFSU ? Tentu bukan...
"Kemudian apabila AKU telah sempurnakan kejadianya... "
Apa yang disempurnakan NYA ?
Tentunya adalah sebuah Janin yang disempurnakan bentuknya, lengkap dengan seluruh anggota tubuhnya atas KEHENDAKNYA pula NAFSU Manusialah yang membentuknya.
Setelah selama 4 bulan pembentukan Janin menjadi seorang Bayi oleh NAFSU Manusia didalam kandungan, maka "ditiupkan lah" atau "diturunkanlah" sesuatu yang suci yang datang dari sisi ALLAH SWT yang bukan dari unsur Bumi atau Nafsu, yaitu berupa ROH untuk mendiami atau mengisi seorang Bayi tersebut dengan tugas menjadi pembimbing selama Bayi tersebut hidup di dunia, menjadi dewasa dan tua lalu meninggalkan BUMI ini untuk mempertanggungjawabkan hidupnya Bayi tersebut hingga dewasa dihadapan ALLAH SWT...
Jadi jelas yang bertanggung jawab terhadap diri Manusia kepada ALLAH SWT adalah ROH tersebut yang datang dari Teras A'rsy dan kembali ke Teras A'rsy pula, di SISINYA.
ROH tersebut dalam kata lain di Kitab Suci Al'Qur-an disebut juga JIWA,
Allah SWT berfirman:
"Bagaimana jika (nanti) mereka Kami kumpulkan pada hari (Kiamat) yang tidak diragukan terjadinya dan kepada setiap JIWA diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)?"
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 25)
Allah SWT berfirman:
"Di tempat itu (Padang Mahsyar), setiap jiwa merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa (pelindung palsu) yang mereka ada-adakan."
(QS. Yunus 10: Ayat 30)
Allah SWT berfirman:
Dan kepada setiap JIWA diberi balasan dengan sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 70)
Dan banyak lagi Kitab Suci menyebut ROH dangan kata JIWA.
Kembali ke pertanyaan, Bagaimana keinginan Manusia (NAFSU) bisa sejalan dengan keinginan TUHAN ?
ROH atau JIWA adalah yang datang melalui "ditiupkan" Oleh Allah SWT, merupakan Dzat makhluk yang suci, oleh karena itu kesucian ROH atau JIWA, akan bisa diterima oleh Kesucian Allah SWT, artinya kesucian akan bisa kontak terhubung dengan kesucian, karena kesucian tidak mungkin dapat nyambung dengan kekotoran.