Menurut KBBI, Visi adalah kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan. Untuk lebih menyederhanakan memahami gambaran visi. Saya akan mengutip tulisan Jemy V. Convido di Lion Magazine.
Ia menggambarkan visi melalui dialog mandor dan tiga tukang bangunan. Ketika itu ada seorang mandor sedang memeriksa tiga orang tukang bangunan yang sedang bekerja. Tukang yang pertama ditanya oleh sang mandor. “Pak, apa yang sedang Bapak kerjakan?”
Tukang tersebut pun menjawab singkat, “Saya sedang menyusun batu bata Den.” Demikian penjelasan tukang yang pertama, persis seperti apa yang memang sedang ia kerjakan yaitu menyusun batu bata.
Sang mandor kemudian beralih ke tukang yang kedua dan ia pun mengajukan pertanyaan yang sama, namun kali ini jawaban sang tukang sedikit berbeda, “Saya sedang membangun sebuah tembok Den.” Bahkan tukang yang ke-dua ini pun bisa menjelaskan panjang dan tinggi tembok tersebut serta dimana ia mulai dan kapan ia selesai membangunnya.
Terakhir, sang mandor menghampiri tukang yang ke-tiga dan kembali bertanyadengan pertanyaan yang sama. Maka tukang yang ke-tiga pun menjawab, “Saya sedang membangun sebuah rumah yang sangat indah Den.” Selain itu, tukang yang ke-tiga ini pun bisa menjelaskan bentuk, ukuran dan warna rumah tersebut beserta bahan–bahan yang digunakan dalam membangun rumah tersebut.
Lebih dari itu, tukang ke-tiga ini pun mampu mengilustrasikan aktifitas–aktifitas yang bakal terjadi di rumah tersebut. “Pokoknya rumah ini nantinya sangat bagus dan istimewa kalau sudah jadi Den.”
Dari ketiga tukang tersebut, mana yang menurut Anda akan bekerja dengan baik? Jawabannya tentu saja tukang yang ke-tiga. Mengapa? Apa yang membedakan tukang pertama, ke-dua dam ke-tiga? Jawabannya adalah visi.
Tukang yang pertama tidak memiliki visi. Baginya yang penting adalah mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya yaitu menyusun batu bata. Sebaliknya, tukang yang ke-tiga memiliki visi yang sangat jelas mengenai seperti apa rumah yang sedang dibangunnya itu.
Tukang yang pertama memulai pekerjaannya dengan mengeluh. Pada saat bekerja, ia mengerjakan tugasnya tidak dengan sungguh-sungguh. Sedangkan perilaku yang benar-benar berbeda diperlihatkan oleh tukang yang ke-tiga.
Ia memulai pekerjaannya dengan riang gembira dan penuh semangat karena ia sudah memiliki gambaran mengenai keindahan rumah tersebut. Ia berusaha memasang batu bata yang disusunnya serapi mungkin.
Nah, begitupun sikap kita dalam menyambut Ramadan. Apa visi kita di awal Ramadan? Prestasi apa yang ingin kita targetkan? Seberapa kuat visi kita canangkan? Tentu kita semua tidak ingin melewatkan Ramadan kali ini tanpa kesan. Karena kita tidak pernah tahu apakah masih bisa bertemu di tahun depan.
Barangkali ada sebagian di antara kita yang hanya melaksanakan puasa seadanya. Sahur dan berbuka jika waktunya telah tiba. Jika siang mengantuk ditinggal tidur saja. Produktivitas menurun dengan alasan karena lapar dan dahaga.
Namun, bisa jadi ada di antara sahabat kita yang sudah bertekad mencanangkan dirinya untuk mengkhatamkan membaca Al-Qur'an 30 juz dan menghafalkan beberapa ayat. Menulis artikel atau menyelesaikan tulisan buku yang mungkin tertunda. Qiyamul lail, bersilaturahmi, bahkan bersedekah secara brutal.
Lantas, sekali lagi mari bertanya pada diri sendiri. Sedahsyat apa visi kita di Ramadan tahun ini? Mampukah visi kita menggerakkan seluruh potensi diri untuk beribadah optimal pada ilahi? Jika kita belum merasakan energi maksimal dalam aktivitas diri, bisa jadi karena visi kita masih perlu banyak dibenahi.
Saya mohon maaf apabila ada khilaf dan kesalahan selama berinteraksi. Semoga saat mengawali Ramadan, kita semua mendapatkan rahmat dan pertolonganNya. Agar Allah mudahkan kita mewujudkan dahsyatnya visi yang sudah kita rencanakan di Ramadan kali ini. Aamiin.
#RamadanMubarak
•)Abdullah Makhrus adalah penulis buku berjudul 1 Pesan 1 Peristiwa
Follow me at:
t.me/ceritamotivasi
www.abdullahmakhrus.com