Perpecahan dalam Islam dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, yang menandai dimulainya perpecahan Sunni-Syiah. Perpecahan ini timbul karena perbedaan pendapat mengenai penerus sah Nabi. Sementara Muslim Sunni lebih memilih Abu Bakar, sahabat dekat Nabi, sebagai Khalifah pertama, sebuah faksi Muslim percaya bahwa Ali ibn Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi, adalah penerus yang sah. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Syiah, berasal dari kata Arab "Syiah Ali" atau "Partisan Ali".
Keyakinan Islam Syiah
Imamah:
Inti dari kepercayaan Syiah adalah konsep Imamah, yang menekankan kepemimpinan Imam yang ditunjuk oleh Tuhan. Kaum Syi'ah percaya bahwa setelah Nabi Muhammad SAW, ada 12 Imam yang menggantikan satu sama lain, dimulai dari Ali dan diakhiri dengan Imam Mahdi, yang diyakini gaib dan akan muncul kembali sebagai penyelamat umat manusia.
Keadilan Ilahi dan Infalibilitas:
Kaum Syi'ah menjunjung tinggi konsep keadilan ilahi dan infalibilitas para Imam. Mereka percaya bahwa para Imam dilindungi dari dosa dan kesalahan, menjadikan mereka sebagai pembimbing spiritual dan moral bagi masyarakat.
Duka dan Peringatan:
Kaum Syiah memperingati peristiwa tragis Pertempuran Karbala pada tahun 680 M, di mana Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad, menjadi syahid. Ritual berkabung tahunan Asyura merupakan peristiwa penting bagi kaum Syiah, di mana mereka mengungkapkan kesedihan dan solidaritas atas penderitaan Ahl al-Bayt (keluarga Nabi).
Ta'ziyah:
Ta'ziyah adalah salah satu bentuk teater keagamaan Syi'ah yang menampilkan kembali peristiwa Karbala. Ini berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk ekspresi emosional, memungkinkan orang-orang beriman untuk terhubung dengan penderitaan para Imam dan keluarga mereka.
Syiah, seperti Muslim Sunni, menganut lima rukun Islam, termasuk shalat sehari-hari (Salat). Namun ada beberapa perbedaan dalam cara pelaksanaan shalat, di mana kaum Syi'ah menggabungkan shalat Dhuhur dan Asar serta shalat Maghrib dan Isya. Cendekiawan Syiah sering kali dididik di seminari yang dikenal sebagai Hawza, tempat mereka mempelajari teologi, hukum, dan filsafat Islam. Sistem Hawza memainkan peran penting dalam menghasilkan pemimpin agama dan ulama dalam komunitas Syiah. Tradisi Syiah sangat menekankan pada pengorbanan demi keadilan dan kebenaran. Kesyahidan Imam Hussein adalah contoh yang mengharukan dari tema ini, yang menginspirasi umat Islam Syiah untuk melawan penindasan dan ketidakadilan.
Aliran Islam Syiah memiliki kekayaan sejarah, keyakinan, dan praktik yang telah membentuk identitas jutaan Muslim di seluruh dunia. Meskipun memiliki banyak prinsip dasar yang sama dengan Islam Sunni, konsep teologis dan ritual tradisi Syiah yang berbeda berkontribusi pada keragaman dan pluralisme dalam dunia Islam. Memahami dan menghargai nuansa Islam Syiah mendorong dialog antaragama yang lebih besar dan saling menghormati di antara para pengikut tradisi Islam yang berbeda.