Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Oasis Aktivis Dakwah di Tengah Mahasiswa Seni

12 Juni 2024   22:10 Diperbarui: 14 Juni 2024   14:35 544 1

Jadilah oasis di tengah gurun pasir, mungkin itu ungkapan yang cocok untuk menggambarkan kisah perjuangan dakwah seorang Alim. Seorang mahasiswa bernama Muhamad Alim Murtadho Ramadhan yang berlatar belakang seorang santri dari pondok pesantren dan melanjutkan studinya ke Telkom University Bandung tepatnya di Fakultas Industri Kreatif dengan tekad menyebarkan ajaran Islam yang baik kepada pemuda di sekitarnya. Dimulai dengan langkah awalnya yang bergabung dengan Badan Mentoring kampus, sebuah organisasi dakwah internal kampus dan juga berbagai komunitas kesenian baik di dalam dan luar kampus yang menjadi jembatan sosial dengan orang-orang di sekitarnya.

Sebut saja Alim, Ia memulai pendidikannya di Pondok Pesantren Imam Syafi'i Batam dalam menempuh jenjang SMP dan SMA. Sejak SMP Alim sangat suka dengan sesuatu yang berbau seni, dimulai dari dirinya yang berpartisipasi dalam pertunjukan seni doodle di pondok yang membuahkan sebuah karya yang luar biasa bersama partnernya dalam malam pertunjukan di pondok. Dengan ketekunannya menggandrungi kesenian dan juga keterlibatannya dalam beberapa organisasi pondok, Ia dipercaya untuk mengikuti perlombaan Seni Lukis Islami pada cabang kaligrafi kontemporer pada event Pentas Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren dan mengantarkannya hingga ke tingkat nasional di Bandung. Akan tetapi taqdir tidak berpihak kepada Alim karena belum bisa membawa pulang gelar sebagai juara pada waktu itu, namun perjalanannya pada waktu itu melewati Telkom University, dan inilah yang membuatnya jatuh cinta dan berambisi untuk masuk ke kampus tersebut sejak saat itu.
Tidak berhenti disitu, ambisinya tetap menyala walau gagal meraih peringkat nasional, wajar, ini adalah percobaan pertamanya untuk melukis di kanvas, justru nyaris mustahil untuk banyak orang bisa melewati kompetisi tingkat kota dan provinsi dalam percobaan pertama.

Dengan ketekunannya berlatih, Alim pun kembali ditunjuk oleh pihak pondok untuk mengikuti Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Kota Batam pada tahun 2022. Dengan semangatnya Ia mengikuti lomba tersebut sehingga Ia memperoleh hasil yang cukup memuaskan, dengan perolehannya mencapai juara 3 dalam cabang Kaligrafi Kontemporer.

Setelah itu Alim kembali fokus untuk menuntut ilmu agama dipondok yang juga sudah mendekati hari kelulusannya, Ia berencana untuk melanjutkan studi nya di luar Kota Batam. Ia mendaftarkan dirinya ke beberapa universitas agama dan juga universitas umum. Taqdir Allah Alim mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studinya ke salah satu universitas yang menjadi dambaannya sejak pertama kali ia melihatnya dulu. Telkom University.

Setelah bertahun-tahun menuntut ilmu di pondok pesantren Imam Syafi'i Batam, Alim meninggalkan kota kelahirannya untuk menuntut ilmu di kota lain. Dengan berbekalkan ilmu yang di dapatinya saat di pesantren Alim bertekad untuk memperluas ilmunya dan juga membagikan ilmunya ke lingkungan barunya ditempat lain, Ia teringat perkataan ustaz nya di pondok dahulu "Ilmu yang saya berikan kepada kalian, tidak akan saya ridhoi sampai kalian membagikannya kepada orang lain" hal inilah yang menjadi modal semangatnya waktu itu.

Alim pun pergi ke Kota Bandung untuk menuntut ilmu yang digandrunginya sejak lama dan juga untuk berdakwah di lingkungan barunya, lingkungan yang tidak lagi serangam, lingkungan yang tidak lagi homogen dan memiliki pemahaman yang sama seperti ketika Ia berada di pondok dahulu. Di sini lah lembaran baru dalam hidupnya dimulai, ketika Ia menemukan hal-hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelum itu, ketika Ia menjumpai karakter-karakter orang yang berkebalikan dengan dirinya, di situ pula semangat dakwahnya semakin berkobar.

Dengan tekad awalnya untuk berdakwah dilingkungan barunya, dan modal ilmu yang ia bawa dari pesantren dahulu, Ia mendapat amanah sebagai Koordinator Badan Mentoring FIK, dan Anggota MEDKOMINFO di Lembaga Dakwah Kampus Telkom, Al-Fath. Di sanalah Alim membangun relasi dangan sekitarnya dan juga menjadikannya wadah untuk Ia berdakwah pada sesama pemuda.

Genap satu tahun setelah Ia bergabung dengan Badan Mentoring, ia diberi amanah untuk menjadi CEO Badan Mentoring tersebut, sebagai CEO Badan Mentoring Alim memiliki visi misi untuk menjadikan dakwah kampus yang berbentuk dinamis, tidak harus di masjid dan tidak pula harus kaku, Ia ingin nilai-nilai Islam disyiarkan dengan cara kreatif dan asyik supaya lebih diterima oleh para pemuda. Dengan nama kabinet Anantacatha yang bermakna 'kreatifitas tanpa batas' Alim memimpin berbagai kegiatan dakwah dengan segala kreatifitas yang dimilikinya, yang menjadikan dakwahnya asik dan tidak kaku.

Alim mengikuti berbagai kegiatan organisasi internal dan external kampus, seperti konser amal sebagai bentuk kepedulian kepada saudara-saudara se-muslim yang berada di Palestina bersama Baraa Masoud, seorang qori' asal Palestina. Kegiatan itu dihadiri oleh teman teman dari berbagai fakultas dimana ia menjadi salah satu koordinator kegiatan tersebut. Alim juga aktif dalam berdiskusi dengan salah satu influencer sekaligus pendakwah terkenal asal Bandung yaitu Guru Gembul beserta timnya, dan juga beberapa kali membuat konten diskusi bersama beliau pada sebuah kanal Youtube yang mendiskusikan berbagai problematika pemuda-pemuda Indonesia dan juga problematika sistematis pendidikan di Indonesia. Untuk memperkuat dan memperluas relasinya ia bertemu dan berkolaborasi dengan banyak tokoh terkenal yang ada di Indonesia khususnya agamawan dan seniman.

Tak cukup disitu Alim juga sering membuka sesi tanya jawab dan diskusi seputar agama islam pada akun Instragram-nya, banyak pengikutnya yang berpartisipasi dalam tanya jawab tersebut yang bertanya seputar hukum islam yang dijawab oleh Alim dan partnernya, tujuan hal tersebut adalah menjembatani antara followers-nya yang seringkali kebingungan terkait hal di dalam agama dan kebingungan untuk bertanya ke siapa.

Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran yaitu sebagai pemuda yang akan menjadi penerus bangsa dan penegak agama hendaknya terus produktif dan senantiasa memberikan pengaruh yang baik pada lingkungan sekitar kita, "Maka jadilah oase di tengah gurun pasir yang kehadirannya membuat sejuk sekitarnya" begitu ucapnya. "Udah, lu gausah mikir apa balasan Allah kalau lu perjuangin agama-Nya, lu ditakdirkan untuk memperjuangkan agama-Nya aja itu udah hebat. Bayangin gimana malunya lu kalau nanti ketemu Allah, sedangkan lu gapernah berjuang buat agama-Nya," ungkap Alim sebagai nasihatnya untuk anak muda yang kini sedang berjuang untuk agama Allah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun