Pernah dengar sebuah ceramah tentang takdir Allah. Katanya, "Tak ada kejadian di dunia ini lewat begitu saja dengan suatu kebetulan, melainkan karena takdirNya." Maka, demikian pula yang terjadi kepada saya hari ini.
Saya bukan sesiapa, hanya 'anak kemarin sore' yang mencoba belajar beradaptasi pada sebuah satuan pendidikan untuk menjalankan amanahNya melalui perantara keputusan negara. Qodarullah, dibuatlah skenario oleh Allah untuk kegiatan Workshop dan selanjutnya saya ditugaskan untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Jika saya tulis "My SPPD, My Journey" rasanya tepat. Bukan sebab mengikuti trend di Tik Tok, tetapi memang begitulah adanya. SPPD yang saya bawa merupakan tiket bagi saya untuk beranjak melakukan perjalanan. Semula, saya belum paham SPPD itu apa(?) Awam sekali diri ini. Lagi, lagi, saya bicara tentang 'anak kemarin sore' hehe.
Segala sesuatu di dunia ini tak luput dari perhatianNya. Pun termasuk dunia pendidikan. Era yang menyongsong generasi keemasan sebab katanya dielu-elukan sebagai pendobrak besar bagi suatu negeri. Namun, ia datang dengan paket komplit bersama tantangannya.
Generasi Z ataupun Alpha yang notabene beriringan dengan teknologi, secara logika seharusnya dengan adanya teknologi, maka segala aktivitas semakin mudah dan ramah. Namun, ternyata tidak. Anak-anak generasi saat ini lebih menjadi candu untuk memanfaatkan gawainya untuk aktivitas yang menurut mereka penting, yakni bermain game, sekadar scrolling media sosial, atau menonton tayangan yang entah letak faedahnya di mana(?)
Alhasil, nilai literasi mereka semakin ciut. Gawainya jarang sekali digunakan untuk mengakses bacaan-bacaan yang diperlukan. Hal ini menjadi buah bibir bagi masyarakat. Getar-getir dirasakan semua kalangan. JikaAgustus 1945 Indonesia berusaha menjadi merdeka, maka merdekanya Indonesia saat ini ialah cukup dengan keluar dari zona keterpurukan dari literasi dan numerasi. Hal ini cukup menyita banyak pikiran dan menjadi beban bagi masa mendatang.
Workshop IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) menjadi salah satu wadah agar pendidik mau menyatukan persepsi secara menyeluruh. Alhamduliah, pada kesempatan kali ini, Sabtu, 13 Agustus 2022 bertempat di Auditorium Madakaripura, Pemkab. Probolinggo. Bersama dengan pendidik lainnya yang berasal dari SD dan SMP se-Kab. Probolinggo, bersama-sama menemukan titik temu sebagai akar pembicaraan.
Kenapa kurikulum perlu berubah?
Kaitannya dengan kenyataan yang ada saat ini dan tantangan masa depan. Struktur kurikulum yang fleksibel menjadi pilihan saat ini. Sebab, anak-anak sekarang jauh berbeda dari yang dulu.
Jikalau keadaan yang sedemikian genting terus kita biarkan, maka bagaimana dengan sistem pendidikan nantinya? Benar kata pemateri tadi, Babun, M.Pd., "Tidak ada siswa yang divonis, tetapi siswa perlu dibimbing."