Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Digeladak Surau Tua

9 September 2014   04:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:15 16 0
DIGELADAK SURAU TUA
Tatkala kencing ku masih bisa menembus
lobang lantai digeladak tua itu
hingga anginpun berebut membuncah ke mana-mana
Saat itu tak ada satupun umpatan
apalagi caci maki diantara khusuknya tadarru'Mu


Juga ketika suara usang itu berulang
desiran irama terompah pak kyai
seolah menambah nikmatnya celoteh
kami anak kecil tanpa kamoflase
senyuman atau tawa sinis
dari para pendusta negeri ini.
Alangkah indah saat itu.


Lalu kemanakah cerita itu akan menemukan judulnya?
Atau diantara teriakan cacing tanah
bahkan undur-undur teman mainan kami?
Maafkan surau tuaku
kemesraan dulu telah terjual
bersama desahan kenikmatan lelaki jalang
atau tukang pukul desa ini
hingga tercabik satir hijau milik kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun