Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Kejujuran yang Terlupakan

15 Januari 2014   16:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48 34 0

Sebagai satu dari segenap masyarakat Indonesia, saya menyakini bahwa kejujuran orang-orangnya masih lebih dominan dibandingkan dengan kebohongannya. Saya yakin dalam kesehariannya masih banyak orang jujur dibandingkan orang yang suka bohong. Ini terlihat dari beberapa aspek. Terutama ketika saya menanyakan petunjuk jalan kepada seseorang saat sedang mencari sebuah alamat. Orang-orang yang saya tanya selalu menunjukkan arah jalan yang benar. Bayangkan apabila orang-orang tersebut memberikan petunjuk jalan yang salah atau mereka memberikan keterangan yang bohong, kemungkinan besar saya bisa tersesat bahkan tidak menemukan alamat yang dituju. Kalaupun mereka tidak tahu petunjuk jalan, mereka akan menanyakannya kepada orang lain yang berada disekitarnya.

Di dalam surat lamaran pekerjaan pun masih banyak orang yang memberikan keterangan yang sebenarnya, mereka masih menuliskan biodata yang sesuai dengan keadaan pelamar pekerjaan. Bayangkan jika hampir 80% keterangan yang berada di dalam biodata pelamar adalah bohong, maka tidak terbayangkan apa jadinya nasib perusahaan tersebut. Kalaupun diterima maka yang akan merugi adalah perusahaan itu sendiri. Karena perusahaan menerima karyawan yang mempunyai karakter bohong dan pekerjaan yang dilakukan pelamar tadi tidak akan sesuai dengan aturan perusahaan.

Saat orang-orang melaksanakan sholat, pernahkan mereka melaksanakan sholat dzuhur itu 3 rakaat, ashar 5 rakaat, magrib 2 rakaat, isya 7 rakaat, dan shubuh 1 rakaat? Hal ini dikarenakan mereka menyakini saat sholat tidak akan bisa berbohong kepada Allah saat itu dan para malaikat yang mencatat amal perbuatan mereka. Maka mereka melakukan shalat sesuai aturan yang ada.

Suatu hari ada seorang penumpang becak bernama Pak Ali sedang menumpangi becak milik Pak Deden .Tidak lama kemudian, mereka tiba di rumah Pak Ali dan beliau pun memasuki rumahnya. Sang penarik becak pun pergi meninggalkan rumah Pak Ali untuk melanjutkan mencari rezekinya.

Ketika Pak Ali mau duduk di meja makannya untuk istirahat dan menikmati air hangat yang sudah disediakan oleh istrinya. Tiba-tiba Pak Ali ini merasa di ssaya belakangnya tidak ada dompetnya, saat duduk ssaya belakangnya terasa tipis tidak ada apa-apa. Dan benar saja ketika diraba, dompet sudah tidak ada. Beliau mulai kebingungan dompet itu hilang di mana. Beliau mulai mengingat kembali aktivitas beliau selama diluar rumah. Menelepon teman-teman sekantornya dengan harapan dompet itu tertinggal di kantor, tapi hasilnya nihil.

Keesokan harinya, ketika Pak Ali sedang sarapan tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Dan ternyata orang tersebut adalah tukang becak yang mengantarkan Pak Ali ke rumah. Pak Deden menyampaikan bahwa dompet itu ditemukan di tempat duduk becaknya. Dompet itu tertinggal dan terbawa oleh becak tersebut sebelum Pak Deden memeriksa becaknya. Dan beliau sampai di rumahnya pun karena melihat alamat rumah Pak Ali di dalam KTP nya. Segala isi dompet Pak Ali masih lengkap dengan uang dan identitasnya.

∞∞∞∞∞

Betapa indah ketika saya melihat kelucuan anak-anak kecil di kampungsaya. Senang rasanya melihat mereka tertawa lepas, bercanda dan bermain di sawah. Mereka begitu asyik menikmati kehidupan, berjalan mengarungi persawahan warga. Ingin rasanya kembali menjadi seorang anak kecil, tapi tidak bisa. Waktu sudah berlalu dan sekarang sudah waktunya melakukan aktivitas sebagai seorang pemuda.

Anak-anak yang saya lihat itu begitu lugu dan lucu, mereka pun selalu jujur. Ketika mereka ditanya sama ibunya, “darimana saja kamu, nak?” ibunya bertanya dengan senyuman yang indah, “main di sawah sama arif dan jajang” (dengan lantangnya anak itu menjawab seperti seorang prajurit), “ohhh,..” (ibunya menanggapi jawaban anaknya).

Saya sayai ketika masih anak-anak, saya lebih jujur dibandingkan sekarang. Karena waktu itu masih lugu dan lucu-lucunya. Pertanyaan saat itu pun masih seputar main dengan siapa, main kemana, ada PR atau tidak, dan lain-lain.

Sahabat Ibnu Mas'ud ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Hendaklah kamu selalu berbuat jujur. Sebab kejujuran membimbing ke arah kebajikan, dan kebajikan membimbing ke arah surga. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kejujuran sehingga dia ditulis disisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah perbuatan bohong. Sebab kebohongan membimbing ke arah kejelekan, dan kejelekan membimbing ke arah neraka. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat bohong dan bersungguh-sung­guh dalam melakukan kebohongan sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pembohohg." (HR. Bukhari dan Muslim).

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab : 33).

“Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah : 119)

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa : Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Hadid : 4)

Kejujuran akan membawa kita kepada rahmat Allah SWT, kejujuran akan mendatangkan banyak kawan, kejujuran akan mendekatkan kita kepada keluarga kita dan kejujuran akan mendatangkan pendamping hidup yang jujur.

Jujur yang paling utama adalah jujur kepada diri saya sendiri, coba renungkan bahwa hati kita masing-masing tidak akan pernah berkata bohong. Ketika saya salah, hati selalu mengatakan ini salah. Ketika saya marah kepada orang lain, hati saya mengatakan saya sedang marah dengan orang lain, tetapi mulut mengatakan tidak.

Jujurlah pada diri kita, siapakah kita ? siapakah Tuhan kita ? siapakah Rasul kita ? dan kitab apa yang menjadi pedoman hidup kita ?. Jika kita menjawab manusia yang mulia, segera perbaiki karakter kita menjadi karakter manusia yang baik. Jika Tuhan kita adalah Allah SWT, maka segera berlari mengenal Allah SWT dengan cara mencari guru yang paham akan ilmu agama. Jika kita menjawab Rasul kita adalah Muhammad SAW, maka segera kenali sejarah beliau dan menjalankan sunnahnya. Dan jika menjawab Al-Qur’an adalah pedoman hidup kita, maka segera membaca dan mengamalkan aturan yang tertulis di Al-Qur’an.

Jujurlah bahwa kita ini makhluk Allah yang lemah, yang tidak tahu apa-apa, yang membutuhkan Allah. Jujurlah bahwa kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Ada keluarga kita yang selalu menyayangi kita, sahabat yang selalu menemani kita dan tiada lelah mengajak kepada kebaikan.

“Kejujuran yaitu suatu sikap merasa ditatap dan disaksikan oleh Arraqib dan Assyahid

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun