Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Cerpen Kompas Hari Ini, Hikayat si Lidah Pendek Karya Mugya Syahreza Santosa

10 November 2013   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:21 381 0

Beruntung.

Itu adalah kata yang tepat untuk Si Lidah Pendek. Hukuman yang didapat setelah manis surgawi diteguknya berkali-kali, tapi hanya janji-janji yang diberikan pada Sarinah. Karena bisa saja Si Lidah Pendek dieksekusi lebih dari itu, dipotong kemaluannya atau kalau perlu dipotong hidupnya.

Untung hanya lidahnya. sebuah hukuman karena telah berbohong, janji-janji melulu tapi tanpa bukti yang nyata.

Si Lidah Pendek bisa jadi Pejabat Negara atau Anggota Dewan, yang manis perilaku dan omongannya saat akan mencalonkan diri. Dibuat pencitraan seindah mungkin dengan hiasan patung, monument dan rayuan gombal, agar rakyat yang bodoh terpukau. Setelah pesta demokrasi usai, rakyat ditinggal, mereka pun sibuk dengan uang rampokan, tanpa merasa bersalah dan berdosa, seakan-akan apa yang telah mereka lakukan adalah biasa, budaya dan mereka beranggapan, “semua orang melakukannya kok, kenapa harus malu!”.

Kita butuh Sarinah pada saat ini yang berani berkata, “Tidak!!!” pada kebohongan dan kemunafikan. Tidak hanya berkata-kata, tapi juga bertindak, melakukan suatu aksi atas kesewenangan dan ketidakadilan.

Saatnya kini kita berkata “Tidak!!!” pada pejabat korup.

Saatnya kini kita berkata “Tidak!!!” pada anggota dewan yang tahu diri.

Potong Lidahnya…

Potong Penghidupannya…

Potong Hidupnya…

(bila undang-undang berani terang benderang untuk Indonesia yang lebih baik)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun