Di gelapnya gemerlap cahaya kelap-kelip mempesona
Di peneduh sederhana gedung pencakar langit kota
Di lingkungan kumuh dan sarang penyakit berbahaya
Dia menangis di dalam senyum anak-anak keturunannya
Menjerit di antara suratan takdir Tuhan atas kemalangannya
Sungguh ironi negeri ini,
Negeri dengan sejuta kontradiksi
Kemiskinan di antara kaum borjuis yang melenggang
Kebodohan di antara gedung-gedung mewah pendidikan
Ketidakadilan di antara kemunculan banyaknya ahli hukum negara
Penindasan di antara digembar-gemborkannya asas suci demokrasi
Kaum pinggiran di sudut sepi peradaban
Menjerit … namun seakan bisu dan kelu
Hanya bisa pasrah dengan melangkah lunglai mempertahankan hidup
Memulung, mengemis, demi sesuap nasi
Sungguh … lebih mulia daripada tikus-tikus berdasi pendosa demokrasi
Tuhan melalui kesaktiannya kelak akan membakar mereka dengan panasnya api neraka
Bila manusia hanya bermain-main dengan kekuasaan dunianya
Ahh … Tuhan, mungkin Engkau terlalu sibuk untuk memikirkan mereka
Saatnya para mahasiswa, bangun dari tidur pulasnya
Merengkuh tangan-tangan rapuh mereka
Menjemput jeritan kaum-kaum kelas bawah yang terkucil dan termarginalkan
Memberi angin segar dan memperjuangkan hak-hak mereka
Berjuang di tengah teriknya matahari dan pentungan aparat negara
Demi tegaknya keadilan dan persamaan derajat manusia
Memanusiakan manusia dengan hak hidup dan penghidupan
Mungkin … sedikit mampu berandil untuk merubah takdir Tuhan tentang kemalangan