Untuk mencari ketenangan menjelang Ujian Nasional ada sebagian yang mensyirikkan dan mengkafirkan berdoa di kuburan. Bahkan kalian mencari formula tak rasional dari doa bersama dan istighosah dengan menggantikan Hipnoterapi atau tenaga psikolog dan psikiater.
Kalian yang hidup tak memberikan kenyamanan pada siswa, yang membuat stress mereka adalah kalian dengan membuat sistem pendidikan yang memberatkan mereka. Apakah setelah lulus UN kalian menjamin ketenangan batin mereka ?? Menjamin kehidupan mereka ??
Mereka lebih nyaman dengan "yang mati", untuk sekedar duduk disampingnya dan berdoa pada Allah swt., dibandingkan dengan kita yang yang ngomong macam-macam bermacam teori yang berdibanding terbalik dengan tingkah laku kita. Berbicara kejujuran, kecerdasan, akhlak mulia dan sebarek "karakter" namun rusak dengan teladan buruk dan praktik-praktik politisasi pendidikan itu sendiri.
Berdoa bersama dalam bentuk mujahadah atau istighosah merupakan pengakuan akan eksistensi Allah sebagai satu-satunyanya penolong dan pemberi ketenangan batin. Berziarah, ada pelajaran yang tak dimengerti bagi mereka yang melarang dan tidak melakukan. Sehingga tak bisa salahkan mereka yang mempunyai keyakinan dengan apa yang diamalkan, sementara syirik itu menjadi otoritas Allah dalam menilainya.
Belajar harus dilakukan oleh siswa sebagai bentuk kasab ikhtiyar kemanusiaan yang wajib dilakukan. Berdoa sebagai bentuk pengakuan eksistensi Allah swt, dan berziarah dapat dianggap sebagai koreksi kita kenapa mereka mengadu ke sana. Yang hidup tidak memberikan solusi bagi persoalan pendidikan di negeri ini.
Selamat menempuh UJIAN NASIONAL, semoga selalu diberikan kesuksesan dalam tiap-tiap ujian kehidupan dan peningkatan iman. (dz al Q-shud)