Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Pasantren Cipasung & Ahmadiyyah

19 September 2013   08:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:41 314 1
PASANTREN CIPASUNG & AHMADIYYAH[1]

Oleh Al-Faqir Muhammad Rizqi Romdhon bin KH. Ubaidillah Ruhiat bin KH. Ruhiat[2]

Latar Belakang

Latar belakang penulisan artikel ini adalah sebagai jawaban atas pertanyaan dan kritik dari salah seorang aktivis organisasi Islam dalam diskusi dengan aktivis muda NU Tasikmalaya tentang keislaman pada saat ini. Salah satu yang dibahas adalah apa peran Pasantren Cipasung dalam memberantas pergerakan Ahmadiyyah di Tasikmalaya pada umumnya dan di Kampung Cipasung pada khususnya.

Oleh karena itu penulis berinisiatif untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan tersebut. Jawaban ini bukanlah jawaban resmi dari Pasantren Cipasung, namun merupakan apa yang dialami, dirasakan, dan diamati penulis atas apa yang dilakukan oleh Pasantren Cipasung dalam mencegah perkembangan Ahmadiyyah.

Penulis menulis artikel ini bukanlah untuk mebangga-banggakan Pasantren Cipasung, namun untuk menjawab pertanyaan yang sebetulnya bisa ditanyakan langsung kepada Pasantren Cipasung dan tidak perlu diumbar di sosial media.

Penulis sebelumnya memohon maaf, apabila ada kata-kata yang salah dan menyinggung, mohon dimaafkan. apabila ada keterangan yang salah mohon dibetulkan. Ilmu hanya milik Allah kebodohan adalah milik penulis sendiri

Penulis berharap penulisan jawaban ini bisa memberikan penjelasan tentang kedudukan Pasantren Cipasung dalam mencegah perkembangan Ahmadiyyah. Penulis hanya berharap kepada Allah subhanahu wata’ala apa yang sudah dilakukan Pasantren Cipasung bisa bermanfaat baik di dunia maupun di akherat.

اللهم اجعل هذا المعهد معهدا مباركا لنا ولدينك وللناس أجمعين....آمين

“Ya Allah, semoga Engkau menjadikan Pasantren Cipasung sebagai Pasantren yang memberikan berkah baik bagi kami, agama Engkau, dan semua manusia...amin”

Sejarah Ahmadiyyah di Singaparna

Awal mula tersebarnya Ahmadiyyah di daerah Singaparna dikarenakan salah satu keturunan dari H. Abdul Ghafur Wadana Cipakat masuk dalam aliran tersebut. Anak tersebut bernama Uwen Juansyah. Uwen Juansyah sendiri merupakan saudara seayah dari pendiri Pasantren Cipasung KH. Ruhiat. Uwen Juansyah dilahirkan dari ibu bernama Hj. Murtamah.

Uwen Juansyah pada mulanya adalah seorang yang haus akan ilmu keagamaan, beliau pernah mengaji kepada Ulama-ulama di Tasikmalaya. Namun pada suatu ketika datanglah seorang Muballigh Ahmadiyyah kepada beliau dan mengajak Uwen Juansyah mendiskusikan tentang pergerakan islam baru yang dinamakan Ahmadiyyah.

Dalam diskusi tersebut Uwen Juansyah sayangnya kalah debat dengan Muballigh tersebut, sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, yang kalah debat harus ikut kepada yang menang. Akhirnya Uwen Juansyah mengikuti Ahmadiyyah bahkan menjadi salahsatu Muballigh besar Ahmadiyyah di Indonesia.

Mengetahui hal tersebut, KH. Ruhiat sebagai adiknya merasa marah dan sakit hati, menurut para sesepuh Uwen Juansyah hampir saja dipenggal kepalanya oleh KH. Ruhiat namun dilarang oleh sang ayah yaitu H. Abdul Ghafur. Karena ayah yang melarang KH. Ruhiat mengurungkan niatnya, lalu KH. Ruhiat melaksanakan beberapa strategi untuk menekan perkembangan Ahmadiyyah tersebut. Strategi inilah yang digunakan oleh Pasantren Cipasung dari mulai berdirinya sampai sekarang.

Strategi Pesantren Cipasung untuk Mencegah Pergerakan Dakwah Ahmadiyyah

Strategi yang digunakan oleh KH. Ruhiat melalui Pasantren Cipasung memakai dakwah santun sesuai dengan permintaan sang ayah. Penulis menilai strategi KH. Ruhiat dalam mencegah Ahmadiyyah bertujuan untuk memutus generasi penerus Ahmadiyyah dari keturunan dan keluarga Uwen Juansyah sang kakak.

Strategi yang dimaksud adalah:


  1. Pengisoliran Kampung Babakan Cipasung;
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun