Mohon tunggu...
KOMENTAR
Horor

Kuntilanak dan Pocong di Sekolah Pelosok Ciamis

10 Januari 2024   22:06 Diperbarui: 10 Januari 2024   23:28 327 10
Setelah ayahnya meninggal dunia, Isep memutuskan untuk pulang kampung ke Banjar Patroman menemani ibunya yang tinggal seorang diri. Untungnya, istrinya mendukung keputusannya itu. Meskipun telah bertahun-tahun merantau di kota besar dan bekerja di perusahaan yang cukup ternama, Isep bersikeras untuk menemani masa tua ibundanya.

Di kota Banjar, Isep harus rela menganggur beberapa bulan lamanya. Hingga suatu hari, salah seorang tetangganya yang merupakan guru di sebuah SMA yang cukup terpencil di Kabupaten Ciamis, menawarinya lowongan pekerjaan sebagai satpam di sekolahnya.

Tanpa ragu, Isep menyanggupi pekerjaan tersebut. Meskipun seorang sarjana, Isep tak malu dan gengsi menjadi satpam. Daripada nganggur, pikirnya. Demi sebuah tanggungjawab sebagai suami dan seorang ayah, apapun akan dilakukan, selama itu halal.

Hari-hari pertama bekerja Isep lalui tanpa hambatan. Berangkat ke sekolah dari rumah ibunya, Isep tempuh kurang lebih 40 menit perjalanan dengan sepeda motor. Skema kerjanya satu hari kerja full 24 jam, satu hari berikutnya  diganti oleh satpam yang lain.

Saat malam hari, di sekolah yang terletak di tengah hutan jati itu, Isep merasakan aura-aura mistis yang cukup membuat bulu kuduknya merinding. Isep yang berjaga di pos satpam sendirian, sering mendengar suara-suara tangisan perempuan. Terkadang suara seperti anak ayam. Ciak, ciak. Namun Isep tak bergeming. Tekadnya sudah bulat untuk bekerja sepenuh hati.

Kuntilanak Melayang-Layang

Suatu malam, setelah berkeliling memastikan kemanan sekolah, Isep menyandarkan punggungnya di dinding pos sembari mencari angin segar. Dihisapnya sebatang rokok kretek untuk membuang kejenuhan. Tiba-tiba, sesosok bayangan putih berkelebat di atasnya. Isep mendongakkan kepalanya. Dilihatnya dengan jelas, kuntilanak melayang-layang. Mondar mandir sembari tertawa cekikikan. Isep bertahan. Tak berlari. Untuk apa lari, lha wong sepeda motornya pun terparkir jauh, pikir Isep.


Pocong di Ruang Kepala Sekolah

Di malam yang lain, saat Isep mengecek monitor CCTV, pandangannya tertuju pada sosok putih yang sedang duduk di kursi tamu di ruangan kepala sekolah. Isep penasaran. Dia berjalan ke arah ruangan kepala sekolah, dan mengintip dari balik jendela. Dug, dug, dug. Jantungnya berdegup kencang. Dilihatnya sosok pocong berkain kafan yang sudah lusuh dan penuh tanah, sedang duduk di kursi. Diam tak bergerak. Kali ini pun sama. Isep tidak lari.

"Saya sudah nekat pak. Daripada nganggur, saya jalani pekerjaan ini meski sering didatangi hantu. Nggak apa-apa hitung-hitung perkenalan," katanya saat ngopi bareng di rumah Pak Yono, tetanggaku.

Isep mengatakan, dibanding hantu, ada yang lebih menyeramkan, yaitu begal. Kawanan rampok lebih dia khawatirkan dibanding pocong dan kuntilanak.

"Asalkan kita tidak ganggu mereka, mereka pun tidak akan ganggu kita. Beda lagi dengan kawanan rampok, sudah pasti berniat nggak baik," katanya.

Menurut Abah Alif, ada lagi sosok yang lebih menyeramkan dibanding hantu, yakni rentenir dan debt colector. Iiiiyyyy, sereeeeeem.
 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun