Pastinya kalangan teman-teman saya banyak yang muak dan pengen muntah melihat bagaimana pernikahan menjadi ajang bisnis dan mengganggu hak publik dengan penumbaran masalah pribadi jadi masalah publik. Apa manfaatnya bagiku, pernikahan mereka yang menjadi ajang iklan berbagai produk itu??? Sedangkan melihat Jokowi lari-lari menyapa para fans-nya di Monas, ada sedikit kekhawatiran. Jangan-jangan eforia ini bisa berbalik pada bandul sebaliknya. Menjadikan timbulnya kekecewaan mendalam suatu saat kelak. Mudah-mudahan itu tidak terjadi.
Media sudah saatnya kembali ke khittah awalnya. Memandang kekuasaan dan oposisinya secara seimbang. Karena keberpihakan akan membutakan matahati. Makanya Dajjal digambarkan dengan makhluk bermata satu. Kiasannya adalah bagi kita agar jangan memandang segala sesuatu dari satu sudut pandang saja. Cobalah untuk memandang dari sudut pandang lainnya, maka akan terasa lebih luas pandangannya. Kalangan pendidik menunggu-nunggu, agar kebijakan memisah dikti dengan dikdas dikmen memberikan pencerahan bagi kaum pendidik. Karena pemisahan ini juga memisahkan kebudayaan dengan pendidikan. Maka akan aka perubahan yang signifikan dalam pengelolaan pendidikan, dimana lembaga pendidikan tenaga kependidikan (perguruan tinggi penghasil guru) akan memiliki dua sandaran yaitu Kementrian dikdas dikmen untuk menegtahui kurikulum sebagai dasar kurikulum PT-nya. Serta Kementrian Diktiristek sebagai "ajang gaul" eksistensi diri sebagai pendidikan tinggi dan ber-riset dan teknologi.
Saat ini dicari kalangan intelektual yang independen, berpihak kepada fakta kebenaran dan menjaga jarak dari kepentingan-kepentingan politik dan juga keoposisian. Namun berpihak kepada keutuhan NKRI dan membela para rakyat kecil yang tertindas.
Kabinet Kerja adalah hasil ijtihad politik yang tentunya tidak akan memuaskan semua orang. Kalangan Muhammadiyah kecewa, karena tidak ada menteri yang berasal dari kalangan Muhammadiyah. Beberapa menteri punya track record yang pernah berhubungan dengan KPK. Mudah-mudahan Kabinet Kerja mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan primordialisme dan keberpiahkan kepada segolongan masyarakat saja. Misalkan, walaupun banyak kalangan nahdhiyin yang menjabat menjadi menteri, namun perlakuan terhadap Muhammadiyah dan NU jangan dibeda-bedakan. Keduanya, dan juga ormas-ormas lainnya, merupakan bagian dari keindonesiaan yang berperan penting dalam merekat kebersamaan dalam wadah NKRI.