Bangsa kita tentu saja tidak sebebas itu. Kita punya agama yang kuat sebagai landasan berbangsa bernegara dan bergaul sesama manusia. Walaupun kita juga diberondong oleh budaya-budaya asing dari India, Korea, Cina, Jepang, Eropah, Arab, dan lain-lainnya yang ingin mengikis budaya asli bangsa yang berlandaskan agama. Bahkan Eropa dan Amerika juga inti budayanya adalah kekristenan dan keyahudian. Tidak bebas sama sekali. Lihat saja ketika para pemuka negara disumpah, dengan memegang kitab suci agamanya masing-masing.
Majalah Playboy edisi Indonesia saja memperoleh penolakan. Apalagi satir dari orang yang jelas-jelas menyatakan anti agama. Memang agama dan budaya membawa keberagaman penafsiran dari para penganut dan pembawa budayanya. Kepentingan umum tentu lebih diutamakan dari kepentingan individu. Dengan catatan tidak ada dominasi mayoritas dan juga tirani minoritas. Permasalahannya tidak sehitamputih di atas kertas. Permasalahan sosial merupakan kumulasi dari berbagai aspek yang saling menunjang dan berkaitan. Bahkan kadang-kadang masalah perut lah menjadi sebab utama terjadinya chaos sosial.
Dengan adanya koneksi global, maka apa yang dilakukan di dunia lain akan segera diketahui di belahan dunia lainnya secara cepat. Kita umat Islam pantas marah. Karena ssesuatu yang sakral menjadi guyonan si anti agama. Tetapi kemarahan tersebut harus disalurkan ke jalan yang benar. Jangan sembarangan marah yang destruktif. Kemarahan tersebut kita salurkan dengan bersungguh-sungguh belajar agar memiliki kekuasaan. Kekuasaan tersebut bisa digunakan untuk promosi dan publikasi Islam yang benar. The true Islam yang bukan melulu berkedok kebebasan tapi munafik.