Masalah degradasi moral disoroti dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini,siswa sekarang seakan tidak mencerminkan siswa. Maraknya tawuran antar pelajar,narkoba,pelecehan sexsual,dan lain-lain seakan telah menjadi budaya dikalangan pelajar.Tawuran yang identik dengan premanisme seakan dianggap yang wajardan dianggap suatu hal yang harus dilakukan oleh setiap siswa dengan alih-alih  untuk menunjukan eksistensinya serta menujukan masa puber para remaja indonesia,Ironis memang.
Satu pertanyaan yang menghantui saya setiap kali memprihatikan semua ini,sebenarnya siapa yang salah dari semua ini,pemerintah,sisiwa,guru,atau lingkungan,atau bisa saja sistem pengajaran yang salah.mungkin saja sistem yang salah karena menurut saya sisitem pengajaran Pendidikan Indonesia hanya sebatas retorika dan hafalan semata tanpa Implementasi dari pengajaran tersebut,terlebih pelajaran yang menyangkut pendidikan moral dan kesadaran dalam cinta tanah air, menurut saya siswa hanya belajar mengahfal Pancasila dan UUD 1945 tanpa implementasi apa itu Pancasila,bagaimana UUD 1945 dilaksanakan dengan baik demi tercapainya kemajuan bangsa.Akibatnya siswa cenderung hanya mencari nilai yang bagus tanpa sadar akan apa implementasi dari pelajaran tersebut,dengan kata lain hanya mementingkan kuantitas tanpa melihat kualitas.
akibat yang ditimbulkan dari semunya adlah seperti yang kita lihat dan dengar di pemberitaan media masa tawuran dan hal yang menyimpang seakan sudah tidak canggung mereka lakukan dan telah membudaya di kalangan siswa.Ironis memang ketika kemarin tanggal 25 Nopember Guru memperingati hari guru nasional,sistem pendidikan kita masih bobrok terutama masalah pendidikan moral yang semakin terdegardasi.
Seharusnya Moment tersebut dijadikan pembelajaran bagi semua guru untuk memperbaiki semua sistem yang salah dan perbaikan moral bangsa ini,bukan mencela atau pun menghina kualitas guru karena saya pun kuliah di FKIP yang notabenenya adalah akan mencetak guru,menurut saya guru sekarang hanya mementingkan sertifikasi dan gaji yang woowww saja tanpa mempertimbangkan kualitasa pengajaran yang diterapkan kepada siswa terutama masalah perbaikan dergadasi moral siswa.(Tidak semua guru.Red).
dan akhirnya saya hanya bisa berharap semoga Guru bisa memperbaiki semua ini,karena hakikat guru dalah digugu dan ditiru mengutip pernyataan seorang ahli pendidikan bahwasanya:
"Guru yang biasa-biasa saja memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang bagus menunjukkan bagaimana caranya. Tetapi guru yang luar biasa menginspirasi murid-muridnya.(William A. Ward)"