Aku mendapat kabar bahwa rekan satu divisi-ku meninggal dunia karena kecelakaan. Aku pun tahu dari salah seorang rekanku bahwa pagi atau siangnya, ia masih datang ke lokasi latihan dan bersenda gurau. Tetapi, semudah itu Tuhan mencabut nyawa. Maghrib, ia meninggalkan kita semua.
Aku membayangkan bagaimana mata itu tak dapat lagi terbuka,
Jantung itu punah degupannya,
Goresan sketsa darinya tak pernah ada lagi,
Suaranya tak kan terdengar lagi,
Mungkin pula wajah tak berekspresi terpampang di kamar jenazah,
Isak tangis keluarga serta rekan yang ditinggalkan, sudah bukan hal yang aneh lagi,
Hal itu hanya tunggu giliran.
Bagaimana denganku?
Apa orang-orang yang kuharapkan hadir untukĀ mengantarkanku ke tempat peristirahatan terakhirku dapat datang?
Semoga. Semua dapat hadir. Semoga pula aku sudah siap dengan hari itu.
Selamat Jalan, Nyawa...
Aku tahu kau takkan pernah kembali...
***
Selamat Jalan, sahabat kami,
Bangun Candra
(Divisi Seni Rupa Komunitas Taman Seni Indonesia)
Semoga engkau tenang di sisi-Nya...
Sketsamu masih kami simpan...
Senyuman dan segala kisahmu masih tersimpan dalam memori kami semua...
Jakarta, 30 Agustus 2010,
- Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum -
[Divisi Seni Rupa Komunitas Taman Seni Indonesia]