Pertemuan saya dengan Puspita terjadi sekitar enam tahun yang lalu. Saat itu kami masih berstatus sebagai mahasiswa di kampus yang sama. Bagi saya pribadi, pertemuan itu tersimpan dalam folder “waktu yang melambat” yang menghuni gudang memori saya. Hanya sekian detik saja saya memandangnya, dan barangkali Puspita juga memandang saya setelahnya. Namun, kami tidak pernah saling berpandangan. Kami tidak pernah berkenalan.