Ada yang ingin abadikan dirinya dalam buku. Ia menulis karya ilmiah, novel, puisi, monolog, dan naskah-naskah lainnya.
Ada yang abadikan dirinya dalam sebuah gambar. Mereka memfoto setiap momen dalam hidupnya, baik saat makan, tidur, atau beraktivitas lainnya.
Ada yang ingin mencapai keabadian dengan mendirikan suatu institusi. Perusahaan, sekolah, pesantren, rumah sakit, rumah sehat, dan sebagainya.
Ada pula yang ingin mencapai keabadian melalui keturunan. Mereka mencari pasangan yang dianggap cocok.
Dan lain sebagainya.
Rasanya, kebahagiaan hanya berada di sana.
Tidak heran jika seseorang kemudian frustrasi saat naskahnya ditolak. Lalu ia melampiaskan kefrustrasiannya dengan merokok dan minum.
Tidak heran jika seseorang patah hati saat tidak berhasil berfoto dengan idolanya. Bahkan pernah ada yang putus dengan pacar atau istri karena tidak mau berfoto saat berciuman atau berhubungan badan.
Tidak heran jika seseorang merasa menderita saat usahanya bangkrut. Atau seorang guru yang merelakan siswanya pergi.
Tidak heran jika seseorang gundah saat mengetahui salah satu pasangannya mandul. Padahal, bokongnya sudah besar. Ada yang tetap bertahan, sementara yang lain memutuskan untuk berpisah.
Semua itu hanya karena satu hal: keinginan untuk dikenang.
Kita lupa bahwa manusia juga memiliki sisi lain. Manusia dinamai Insn () karena sering lupa. Dan manusia dinamai Man Nusiya ( ) karena mereka akan terlupakan. Oh bukan, lebih tepatnya dilupakan.
Dunia hampir tenggelam dalam lumpur hitam senja.
Jangan tergiur dengan cahaya kemerahan matahari terbenam.
Besok pagi kita akan terbangun dengan mentari pagi dari arah lain.
Besok pagi kita akan melihat embun berubah menjadi api.
Lalu hujan sperma melanda bumi.
Semua yang mati dibangkitkan.
Bumi sesak.
Gunung-gunung meledak.
Isi perutnya tumpah ruah.
Lautan menjadi tsunami.
Kita tenggelam tapi tidak mati.
Kita pingsan.
Lalu sadar sudah berada di padang pasir yang luas.
Semua orang di sana telanjang.
Aku telanjang. Kamu telanjang. Dia telanjang.
Kau akan melihat semua lekuk tubuhnya.
Tapi kau tidak akan terangsang.
Burungmu loyo dan tidak akan mampu berdiri.
Kau sibuk dengan urusanmu sendiri.
Kita sibuk dengan urusan kita masing-masing.
Tuhan catat kehidupan kita oleh Rakib dan Atid.
Kita bangga karena jalan hidup kita dinovelkan oleh malaikat.
Namun, setelah kita membuka, kita menangis dengan tangisan darah penyesalan.
Dan berusaha menyembunyikan novel itu.
Tapi tidak ada tempat persembunyian.
Novel itu difilmkan.
Kita semakin malu.
Dan berharap kematian segera.
Padahal, tidak ada yang peduli kisah hidupmu.
Semuanya sibuk dengan cerita masa lalu masing-masing.
Lalu kau bukan lagi siapa-siapa.
Juga bukan apa-apa.
Kau dilupakan.
Kau sendirian.
Kenanganmu hanya untukmu.
"Dan sungguh, kalian akan datang kepada Kami sendiri-sendiri, sebagaimana Kami menciptakan kalian pertama kali," (Q.S. Al-An'm: 94).