Sebagai suatu isu rasanya sangat menarik bila hanya dilirik lalu kemudian dikedipkan mata, layaknya seorang bujang sedang merayu pujaan hatinya. Tapi akan hilang gairah ketika mereka sudah membicarakan keseriusan ke jenjang pelaminan dan perkawinan. Begitulah kesenian. Apakah mesti mempertanyakan lagi, mengapa dan ada apa (gerangan) kesenian? Sebab rasa-rasanya kesenian sudah mulai kaku dan terbata-bata mengeja, membaca, memaknai, apalagi membicarakan dirinya sendiri. Seperti sudah tiada harapan berketurunan, seperti seorang yang mandul saja.
KEMBALI KE ARTIKEL