Begitu juga dengan negeri ini. Indonesia tidak akan merdeka dari tangan penjajah jika tidak ada pejuang yang memiliki jiwa guru.
Sebutlah, satu dari banyak pejuang berjiwa guru yaitu KH. Ahmad Dahlan. Kita tahu, beliau adalah penggagas lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah.
Siapa yang tidak kenal Muhammadiyah. Di seluruh Provinsi organisasi itu berdiri. Ribuan sekolah, perguruan tinggi, hingga rumah sakit berdiri atas nama organisasi yang lahir pada 18 November 1912 itu.
Peran Muhammadiyah yang begitu besar di negeri ini tidak lepas dari jasa besar KH. Ahmad Dahlan. Beliau dengan gigih mendidik masyarakat di berbagai daerah tertinggal.
Meski keadaan saat itu terjajah secara ekonomi, politik, keamanan, dan militer, sehingga ruang gerak rakyat sangat terbatas. Tidak menghalangi apalagi melunturkan semangat KH. Ahmad Dahlan dalam mendidik masyarakat.
Karena beliau sangat yakin bahwa hanya melalui pendidikanlah akan lahir kader-kader bangsa. Keyakinan itu hadir karena kuatnya jiwa guru dalam diri beliau. Apapun, siapapun, dan bagaimana pun keadaannya ia tetap mengajar.
Ketika sakit pun, para dokter menyarankan agar beliau beristirahat, berhenti mengajar sejenak. Sang Istri tercinta pun ikut menasehati layaknya sang dokter. Namun, ia terus berkeliling menjumpai murid-muridnya, mendidik mereka dengan cinta kasih.
Bahkan saat ajalnya sudah dekat. Ia tidak berhenti mengajar. Karena dia yakin, orang-orang yang diajarnya kelak akan menjadi bunga-bunga bangsa yang akan meneruskan perjuangannya.
Terbukti, usaha beliau membuahkan hasil. Saya rasa tulisan singkat ini tidak cukup muat untuk mencantumkan nama-nama tokoh hasil binaan beliau yang turut andil mengantar dan mengisi kemerdekaan Indonesia.
Tetapi, cukuplah ucapan bung Karno pada saat Muktamar Muhammadiyah di Jakarta tahun 1962 sebagai tanda keberhasilan pendidikan yang KH. Ahmad Dahlan lakukan.
"Tatkala umur 15 tahun, saya simpati kepada Kiai Ahmad Dahlan sehingga mengintili (mengikuti) kepadanya. Tahun 1939 saya resmi menjadi anggota Muhammadiyah..... "
Begitulah KH. Ahmad Dahlan, pejuang yang memiliki jiwa guru, jiwa pendidik yang dahsyat. Sedahsyat apapun rintangan kehidupan tidak mengurangi jiwa gurunya.
Karena jiwa guru beliau lah hadir bunga-bunga terbaik bangsa, yang kemudian berhasil menebar benih-benih bangsa. Yang kelak akan menjadi bunga-bunga bangsa baru yang akan meneruskan perjuangan dalam mencerdaskan dan memajukan bangsa.
Seperti sekarang ini. Bangsa Indonesia dalam keadaan sulit. Virus Corona telah membuat perekonomian terpuruk. Dunia pendidikan pun terkena dampaknya.
Banyak guru yang dirumahkan. Mereka yang masih mengajar pun menerima pendapatan jauh dari kecukupan. Dalam keadaan itu, mereka tetap mengajar secara online.
Keterbatasan kuota internet dan sinyal, minimnya sarana pendukung, lelahnya mata terpapar radiasi, dan resiko terpapar corona karena lemahnya imun tubuh akibat minimnya asupan menu berkualitas.
Kesemuanya itu tidak menghalangi apalagi melunturkan semangat mereka. Sedikit pun semangat mereka tidak luntur. Mereka tetap mengajar dan mendidik murid-murid mereka dengan cinta kasih.
Semangat mereka hidup karena adanya jiwa guru. Jiwa mereka yakin sebagaimana keyakinannya KH. Ahmad Dahlan, bahwa hanya melalui pendidikanlah akan lahir bunga-bunga bangsa.
Jiwa mereka yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya dengan mengajarkan ilmu lah Allah Swt akan memperkaya lumbung-lumbung pahala mereka, serta mengangkat derajat mereka di akhirat dan mengangkat derajat anak, cucu, dan murid-murid mereka di dunia.
Begitulah jiwa guru. Keberadaannya sangat penting. Lebih penting dari metode, sarana belajar, apalagi hanya teori pendidikan.
Dengan jiwa guru KH. Ahmad Dahlan, para pejuang lainnya, dan para pendidik masa kini dapat mengajar dan mendidik dalam keadaan sulit. Meski zaman dan rintangan nya berbeda, mereka sama-sama membuktikan kebenaran sebuah mahfudzat. "At-thoriqotu ahammu minal maddah, wal-ustadzu ahammu minal thoriqoh, waruhul ustadz ahammu minal ustadz".
Artinya : "Metode lebih penting daripada materi ajar, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru."
Wallahu'alam
Aa Fajar (Guru PAUD Paling Ganteng di TK Islam PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur)