"Dulu awalnya hanya koran Singgalang saja. Belakangan, semua koran harian. Ya Padang Ekpress, Posmetro, dan Haluan. Lumayan juga banyaknya langganan sampai ke Aua Malintang. Tapi tidak ada honor dari kantor. Yang ada hanya persentase dari langganan tersebut," cerita Arman, saat bersua Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni di salah satu rumah makan di Pasar Sungai Geringging, Senin lalu.
Siang itu Arman baru saja selesai ngantar koran langganannya. Saat makan siang, diapun tak menyangka kalau ada Bupati Ali Mukhni dan sejumlah pejabat yang sedang makan siang pula di Sungai Geringging. Mantan Camat Sungai Geringgi Bustanil Arifin yang saat ini menjadi Camat di Kecamatan Anai mengubik dia, untuk duduk makan bersama. Dengan basa-basi, Arman pun duduk di depan orang nomor satu di Padang Pariaman itu dengan saling berhadapan.
Sehabis makan, Bupati Ali Mukhni menanya Arman. "Lah bara anak," tanya dia. Empat baru Pak," kata dia pula. Alahtu. Jangan ditambah lagi, seloroh Bupati Ali Mukhni. Arman pun menceritakan, empat orang putra-putrinya sedang dalam bangku pendidikan. dua orang sedang kuliah. Satu di Unand Padang, dan satu lagi di STIKIP YDB Lubuk Alung. Yang terakhir ini sedang dalam PKL saat ini.
Bupati Ali Mukhni terus mengorek sumber kehidupan seorang Arman. Karena dua anaknya lagi sedang di bangku SMA dan SMP. Tentu hal demikian butuh biaya yang tidak sedikit. Sedangkan kemasukan uang dari penjualan korannya tiap pagi, sama sekali tak akan mampu untuk itu. "Sorenya saya membantu urang rumah jualan gorengan depan rumah, Pak. Lalu, jelang Magrib masuk, saya ke masjid mengimami shalat, dan ngajar anak mengaji bagai," kata dia.
Bupati Ali Mukhni terharu mendengar cerita Arman. Apalagi, di wajahnya ada bekas atau tanda-tanda orang yang sangat rajin beribadah. Bupati Ali Mukhni tambah senang. Seketika itu, sebelum meninggalkan kedai nasi, Ali Mukhni memberikan seikhlasnya sejumlah uang. Senanglah hati Arman. Bupati berpesan, jangan sampai semua anaknya itu terhenti pendidikannya. Kelanjutan pendidikan anak sangat berarti sekali dalam membina rumah tangga.
Bagi Arman, tampak menjalani kehidupan harus ada keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dengan itu pulallah, semangatnya untuk menghidupkan masjid dengan shalat berjamaah tiap waktu menjadi kesenangannya. Dia mengaku, itulah pertama kalinya sentuhan kepala daerah yang dia rasakan. Dan sama sekali Arman tidak pernah membayangkan, kalau suatu ketika dia bisa berdialog dan bincang-bincang dengan seorang bupati.
Pasca itu, cerita kehidupan Arman dikembangkan oleh Bupati Ali Mukhni dalam pertemuannya dengan ratusan guru honor yang menerima insentif. Ali Mukhni mengajak para guru honor yang insentifnya hanya Rp300 ribu sebulan itu menjadikan Arman sebagai sumber inspirasi. "Arman dan istrinya tidak PNS dan tidak pula seorang guru honor. Hanya penjual koran dan gorengan. Tapi dua anaknya sedang kuliah, dan dua lagi sedang SMA dan SMP. Memang rahasia Tuhan tidak banyak manusia yang mengetahui. Itulah kekayaan Yang Maha Kuasa dalam menghidupkan hamba-Nya," kata Ali Mukhni.