Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak adil dalam bersikap terhadap pengemis dan pedagang kecil. Coba saja diperhatikan di tempat-tempat yang banyak pengemis dan pedagang asongan seperti di terminal, perempatan jalan, pasar, SPBU dan lain-lain. Â Banyak orang yang lebih suka memberi pengemis dibandingkan membeli dagangan pedagang asongan yang menjajakan permen, tahu, perkedel, air mineral, kacang, telur puyuh, telur asin, sayur atau mainan kunci yang harganya tidak seberapa dengan alasan tidak membutuhkan barang-barang tersebut sedangkan memberi pengemis dengan jumlah uang yang sama atau lebih besar mau dengan alasan ada pahalanya, apalagi di bulan Ramadhan. Sebenarnya kedua alasan tersebut sama egoisnya. Keduanya berorientasi kepada diri sendiri, tidak membeli karena tidak butuh, menganggap hanya buang uang saja, sedangkan memberi pengemis karena alasan ada pahala untuk dirinya. Kecuali memberi tersebut karena kasihan melihat penampilan pengemis. Tentu saja pengemis profesional akan menyesuaikan penampilan dengan profesinya.
Padahal barangkali membeli dagangan pedagang kecil lebih terpuji meskipun kita tidak membutuhkan barang tersebut. Barang tersebut bisa diberikan kepada yang membutuhkan sehingga mendapat dua kebaikan. Pertama membantu pedagang kecil yang hidupnya susah, kedua memberikannya kepada orang yang membutuhkan plus silaturahmi, karena memberi adalah cara yang paling ampuh untuk menjalin hubungan baik. Pedagang kecil itu pada hakikatnya mereka juga meminta distribusi rezki dari orang berpunya tetapi dengan cara yang terhormat bahkan terpuji. Â Rata-rata kehidupan mereka juga susah. Sayangnya terkadang sebagian orang "kejam" ketika membeli barang dagangan mereka dengan menawar barang murah tersebut menjadi super murah. Terkadang pedagang kecil tersebut terpaksa ngalah menyetujui penawaran dari pada tidak laku atau dibawa pulang lagi.
Ketika suatu kali seorang ibu ditanya, kenapa suka sekali menawar padahal harganya sudah murah. Jawabnya, keberhasilan dalam menawar itu merupakan suatu kepuasan batin dan kebahagiaan tersendiri. (Bahagia di atas kesedihan orang lain)