[caption id="attachment_151253" align="alignleft" width="300" caption="teman-teman SMA"][/caption] Resiko memilih kuliah jauh dari tempat tinggal, jauh dari orang tua, keluarga, dan teman-teman SMA, SMP, SD, bahkan TK sekalipun. apa-apa serba sendiri. mahasiswa baru, ya mesti begitu, nanti juga terbiasa, kata ibu saya waktu itu. waktu SMA, asyik nih jadi anak kuliahan, ke kampus semau-maunya aja, kalau lagi mood ya berangkat, kalau lagi malas ya sudah tidur seharian, nggak ada baju seragam, sepatu bebas, asyik deh pokoknya. [caption id="attachment_151251" align="alignleft" width="300" caption="teman-teman kuliah"][/caption] Mahasiswa baru, semangat baru, gedung baru, baru-baru semuanya. kuliah dari pagi sampai sore, sampai kos buka laptop kerjakan tugas, searching, senam jari, edit-edit, print, jilid. kesannya jadi kayak mahasiswa super sibuk. mandi cuma sekali sehari, makan pas siang sama malam aja. beberapa minggu kemudian UTS, terus UAS, eh yudisium, gimana yaa nilai-nilainya?? dapat A+ atau malah dapat APES? Nggak kerasa sudah akhir semester pertama. sudah masa libur kuliah. di saat mahasiswa lain sibuk mencari tiket pesawat, kereta, bis dan lain-lain, saya justru masih betah berkecimpung di dunia "perkampusan". ada saja gawe yang harus dilakukan. jadi panitia inilah itulah, belum lagi oprec (open recruitment) organisasi kampus. semua maunya diikuti. sibuk atau menyibukkan diri. kalau begini, kapan pulangnya? suatu hari, ibu di sana menelepon. kata ibu kalau libur kuliah jangan mikir pulang ya. maksudnya, sekali sudah sekolah jauh dari orang tua, jadi harus fokus dalam menuntut ilmu, sekalipun lagi musim libur kuliah. bisa ikut english course atau sejenisnya. mumpung masih berstatus mahasiswa baru nih, jadi tuntutlah ilmu sebanyak-banyaknya. masalah pulang, nantilah kalau sudah sukses. ada saatnya kita bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi.
KEMBALI KE ARTIKEL
