Di camp-camp sepanjang pendakian, kerap aku terduduk di depan pintu tenda. Berteman senyap dan udara dingin. Terkadang, kabut ikut mencangkung, bergerombol di sekitaran bebukit atau jajaran pepohon pinus, rasamala, dan pakis. Tak ada yang aku lakukan selain diam. Menyesap oksigen sebanyak kumampu. Tak ada dialog dalam senyap selain bincang hati yang riuh bersahutan. Kadang bertema negara dan politik, kadang agama, atau bahkan sekadar menyimak setiap jejak langkah yang telah aku torehkan di sepanjang liku sejarah hidup ini.