Penggunaan lift lebih dominan. Karena tangga darurat biasanya hanya digunakan ketika, pertama, saat hampir mendekati jam8. Demi mengejar presensi ‘finger print’, dapat dipastikan di lantai 1 sudah banyak yang antri untuk menggunakan lift. Meskipun jumlahnya 4, namun ada saja yang harus mengantri sampai beberapa kali. Nha, saat inilah tangga darurat laris manis, terutama bagi yang berkantor di lantai 2 s.d empat. Utk lantai 5 keatas mungkin lebih banyak yang rela menunggu lift kosong daripada bersusah payah naik tangga darurat yang lumayan menguras energi.
Kedua, ketika waktu pulang tiba, yakni jam 17.00 wib. Pulang tepat waktu menjadi favorit. Makanya, cukup lama menunggu lift untuk turun -terutama saya yang di lantai 3-, karena keempat lift biasanya sudah dipenuhi ‘penumpang’ dari lantai yang lebih atas. Akibatnya, tangga darurat menjadi alternatif yang lumayan cepat, alih alih olahraga turun tangga .
Ketiga, ketika hanya berpindah satu lantai, baik ketika mau turun maupun naik. Kalau untuk yang satu ini, biasanya tergantung mendesaknya keperluan. Jika sangat mendesak, tangga menjadi pilihan yang lebih, daripada menunggu ketidakpastian lift datang. Walaupun sebenarnya jika langsung mendapatkan lift, jadinya lebih cepat. Hal ini biasanya tidak berlaku untuk OB (office boy). Para OB selalu menggunakan lift walaupun hanya berpindah satu lantai. Kenapa? Karena frekuensi perpindahan lantai mereka yang sangat sering, jadi dengan selalu menggunakan lift, mereka bisa sangat menghemat energi.