Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Mari Berdamai dengan "Fobia"

8 April 2012   04:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:54 599 2
............................................................

Pada akhir bulan Februari lalu salah satu keluarga saya yang domisili di Manokwari datang ke Jakarta untuk berobat (operasi) karena ada benjolah di seputar organ vital nya.  Awalnya RS yang dipilih adalah RS. Polri Kramatjati, tetapi karena sesuatu hal maka beliau di rujuk di RS. Omni Pulomas. Seperti biasa, karena saya tidak doyan banyak bicara dan cepat bosan...Untuk mengusir rasa bosan di  sela-sela waktu besuk saya berbincang-bincang dengan dr. Wartomo Prijosembodo Sp, KJ, yang saat itu bertemu di ruang tunggu. Topiknya sangat menarik menurut saya, yaitu tentang fobia.

...............

Ditilik dari pengertian harafiahnya, fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena  seperti gejala alam, klenik ataupun fakta misalnya. Fobia bukan lah yang baru, fobia itu sendiri berasal dari bahasa Yunani "Phobos" yang berarti ketakutan yang berlebihan. Tetapi phobia bukanlah satu-satunya manifestasi tak lazim dari rasa takut, dan tak selamanya akan atau bersifat mengganggu.

................

Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya.

................

Sebelum membahas lebih jauh tentang fobia, baiknya memahami dulu arti kata "takut" seperti yang di tuturkan oleh Dr. Wartomo Prijosembodo, Sp. KJ. Beliau adalah seorang spesialis kesehatan jiwa. Menurut beliau bahwa rasa takut adalah sesuatu hal yang wajar atau normal. Meski tampak berbeda, sebenarnya rasa takut dan marah adalah dua hal yang sama. Dimana keduanya merupakan reaksi yang timbul ketika seseorang  merasa dirinya terancam, dan kesadarannya tidak mampu menbghadapi ancaman tersebut.

................

Marah adalah energy untuk menghancurkan ancaman, sementara takut aadalah energy untuk menghindar dari ancaman, Pada saat objek ancamannya tidak jelas atau tidak realistis, maka ketakutan akan berubah menjadi fobia. Contohnya " saat diri kita ditodong dengan pisau" lalu ketakutan, itu adalah hal yang wajar, karena memang pisau yang diarahkan ke tubuh seseorang tadi adalah suatu ancaman. Tetapi jika misalnya dihadapan kita adalah pulpen yang ujungnya mengarah kepada kita, lantas tiba-tiba diri kita merasa terancam seolah-olah akan dilukai oleh pulpen tersebut. Itu adalah termasuk fobia tidak normal karena pulpen tersebut sebenarnya tidak memiliki daya ancaman.

...................

Meski tak selalu jadi tersangka, fobia termasuk gangguan psikologis, dan merupakan gangguan kegelisahan (anxiety disorder) yang paling sering dijumpai. Meski demikian, tidak semua ketakutan yang dipicu oleh ancaman tak jelas adalah fobia...

...................

Contoh sederhana yang saya ambil kali ini , misalnya ada anak yang takut mendapat nilai jelek dalam studinya, jangan kita lalu mengira si anak menderita fobia, "itu adalah ketakutan yang wajar, memang terselubung.. tetapi objek ancamannya adalah realistis yaitu "jika si anak mendapat nilai merah maka ia akan dimarahi. Itulah yang sebenarnya mendasari timbulnya rasa takut "mendapat nilai jelek".

.....................

Bisa juga orang mengalami rasa takut karena gangguan psikologis lain. Sebut saja waham. Waham adalah suatu isi pikiran yang tidak di dasari oleh atau atas kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi, tetapi di hayati sebagai suatu kebenaran oleh seseorang dan tidak bisa dihilangkan.  Suatu penyakit psikologi yang gejala utamanya seperti waham tersebut maka lazimnya dinamakan sebagai "paranoid". Paranoid dan fobia berbeda. Jika pada fobia objek pemicunya ada, tetapi sebenarnya tidak berpotensi mengancam. Misalnya orang takut laba-laba, ada objeknya.. baru ia merasa takut. Lain halnya dengan paranoid. Karena merupakan suatu paham, bukan emosi. Kadang saat objeknya tidak ada sekalipun, seseorang tetap merasa takut. Contoh sederhana paranoid adalah "merasa dirinya akan dibunuh".

...........

Lalu bagaimana penanganan terhadap fobia itu sendiri...?

Tangani fobia sperlunya, karena sebenarnya sampai saat ini penyebab fobia masih belum diketahui secara pasti. Tetapi pasa ahli menuding factor keturunan, genetis, serta kejadian traumatis memegang andil dalam memicu fobia. Namun demikian menurut Dr. Wartomo menuturkan bahwa penyeba fobia lebih banyak berupa unconscious values, atau daang sendiri secara tak sadar. Karena itu umumnya fobia tidak bisa dicegah.

...................

Prevalensinya (jumlah kasus)  memang tergolong tinggi. Bahkan semau orang rentan mengalami fobia. Namun tidak semua fobia memerlukan pengobatan. Pada taraf-taraf tertentu, fobia bisa dianggap normal sepanjang tidak mengganggu hidup seseorang. Contoh sederhana lagi.. misalnya jika seorang seniman dan ia fobia terhadap darah, maka ia tidak berobat pun tidak menjadi masalah. Lain ceritanya jika seorang dokter  dan ia fobia darah, jelas itu butuh pengobatan dan terapi, karena jika tidak maka itu akan membuat urusan menjadi semakin runyam.

.............

Lalu saya bertanya.."Bentuk terapi" seperti apakah yang paling efektif menangani fobia?

Jika ingin hasil secara instan, penderita fobia bisa diberikan obat penenang, karena pada dasarnya fobia adalah bentuk anxiety (kegelisahan), tutunya. Namun bila ingin menuntaskan fobia ada baiknya dilakukan terapi perilaku kognitive (CBT) = Cognitive Behavior Theraphy.

.................

Bagaimana caranya...?

Caranya adalah dengan meghadapkan seorang yang fobia pada stimulus pemicu kepanikannya. Pada penderita fobia kecoak misalnya, pertama-tama tunjukkan  gambar kecoak. Selama penderita fobia kecoak menatap gambar itu, yakinkanlah bahwa gambar itu tidak mengancam dan tidak melukainya. Jadi tak perlu merasa panik dan takut.

.............

Jika penderita fobia sudah bisa menatap gambar kecoak tanpa  serangan panik, hadapkan ia kepada kecoak yang telah mati. Jika sudah bisa menepis rasa takutnya terhadap bangkai kecoak tadi, maka hadapkan ia pada kecoak yang masih hidup. Dengan teraphy ini, lambat laun penderita fobia akan mampu mengikis dan menepis ketakutannya hingga akhirnya tidak merasa takut lagi. Tetapi hal ini juga tidak mudah, butuh waktu dan lamanya proses tergantung dari tekad di penderita fobia itu sendiri bagaimana mensugestikan dirinya.

................

Lalu bagaimana dengan pengobatan hipnoteraphy..?

Jenis perawatan hipnoteraphy memang cukup efektif, hanya saja ada efek sampingnya... Menurut penuturan Dr. Wartomo bahwa saat hipnoteraphy, psikiater akan memasukkan sugesti-sugesti asing yang istilahnya "cospus allenium" ke dalam bawah sadar penderita fobia. Hal ini bisa mengganggu kesimbangan alam bawah sadar itu sendiri, jelasnya lagi.

...............

Karena saya kurang paham, maka saya pun sekali lagi menegaskan "maksudnya bagaimana"?

Dijelaskan bahwa dalam diri manusia terdapat jutaan nilai yang sudah saling terintegrasi. Sejumlah nilai tersebut ada yang sama sekali tidak diketahui. Maka disebutlah unconscious values.  Saat sugesti asing ditanamkan, sinergi nilai-nilai bawah sadar akan terganggu. Dan akhirnya bisa muncul sifat baru yang tidak bisa di prediksi. Untuk itulah beliau tidak merekomendasi pengobatan/penanganan fobia dengan hipnoteraphy, dan cukup dengan CBT (Cognitive Behavior Teraphy).

.........

Demikianlah sharing  saya  tentang fobia dan permasalahannya serta penanganannya... karena terbatasnya refensi, jika ada tambahan dengan senang hati penulis terima. Semoga ada manfaatnya meski sekecil apapun itu. Salam....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun