Salah satu dampak yang paling nyata adalah ketersediaan air bersih. Banyak daerah di dunia masih menghadapi krisis air bersih. Akses yang terbatas terhadap air bersih berkontribusi pada penyebaran penyakit menular seperti diare dan kolera. Selain itu, pencemaran udara akibat emisi gas rumah kaca dan polutan lainnya juga memiliki dampak serius pada kesehatan pernapasan. Penyakit seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) semakin meningkat. Perubahan iklim turut mempengaruhi distribusi vektor penyakit, seperti nyamuk, yang dapat menyebabkan meningkatnya kasus malaria dan demam berdarah di daerah baru. Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, krisis iklim juga memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan mental. Bencana alam yang semakin sering terjadi dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres pascatrauma.
Dalam menghadapi krisis ini, terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Pertama, kurangnya infrastruktur sanitasi di banyak daerah meningkatkan risiko penyakit karena sistem pembuangan limbah yang tidak memadai. Kedua, minimnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan juga menjadi hambatan serius. Ketiga, ketidakstabilan ekonomi membuat perhatian terhadap perlindungan lingkungan dan kesehatan sering kali berkurang. Terakhir, perubahan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten menghambat upaya mitigasi perubahan iklim dan perlindungan kesehatan masyarakat.
Menghadapi tantangan kesehatan lingkungan memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pendidikan mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan investasi dalam infrastruktur kesehatan sangat penting untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat.