Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Buah dari Serumpun Tabah

29 Maret 2022   17:53 Diperbarui: 29 Maret 2022   17:57 324 3
BUAH DARI SERUMPUN TABAH
Matahari mulai memancarkan kehangatan. Disaat yang bersamaan burung-burung sedang  berkicau dengan lantang. Ayam jantan pun mulai mengeluarkan suara merdunya, bak alaram digital yang menggema. Sudah saatnya mas Satyo terbangun dari tidur lelapnya. Ia harus segera berangkat agar tidak terlambat bekerja. Wulan sedari tadi sudah sibuk menyiapkan hidangan untuk sarapan dan membuatkan mas Satyo secangkir kopi hitam.
"Mas Satyo, sudah bangun? Langsung mandi, ya! Wulan sudah menyiapkan sarapan dan secangkir kopi," terang Wulan.
"Duhai istriku...pagiku sangat cerah hari ini sebab melihat senyum manismu," rayu Mas Satyo.
"Ah, Mas Satyo bisa saja. Ya sudah, segeralah mandi agar tidak terlambat," seru Wulan ramah.
"Baiklah, Mas mau mandi dulu."
Setelah sarapan, mas Satyo langsung berpamitan kepada Wulan untuk pergi bekerja. Kini, hanya tinggal Wulan sendiri di rumah. Terkadang ia sangat merasa kesepian jika suaminya telah pergi. Seperti biasa, Wulan duduk termenung dengan raut muka yang murung. Di dalam lubuk hatinya, ia merindukan kehadiran bayi mungil dipernikahan mereka. Terkadang ia berfikir, apakah ia masih belum pantas menjadi seorang ibu. Entahlah, mengapa sampai saat ini Wulan belum diberi amanah oleh Allah.
Pandangan Wulan tertuju pada teras rumah mereka yang terbuat dari kayu ulin. Pohon rindang yang berada di depan rumahnya terlihat menggugurkan daun-daun keringnya. Wulan langsung mengambil sapu untuk membersihkan daun-daun kering yang bertamu diterasnya. Belum selesai dengan kegiatannya, tidak sengaja Wulan melihat gerombolan ibu-ibu yang membeli sayur di abang-abang sayur keliling. Wulan pun menyapa mereka, tetapi ada salah satu ibu-ibu yang menatap dengan sinis dan bertanya kepadanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun