Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

TN dan HT

29 Juni 2011   04:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:05 67 0
Telah beberapa hari ini saya menyimak obrolan dua rekan kerja saya yang seringnya menjurus ke arah perdebatan ringan dan diselingi canda tawa. Obrolan tersebut  bertema seputar politik negeri ini, yang seperti kita ketahui bersama banyak pro dan kontra disana sini. Kebetulan kedua rekan saya tersebut memiliki aktivitas diluar kantor yang cukup banyak. Salah satu rekan saya berinisial TN adalah seorang yang aktif dalam kegiatan keagamaan sekaligus aktif pula pada kegiatan salah satu parpol negeri ini. Sedangkan rekan saya yang satunya  lagi berinisial HT adalah seorang yang aktif dalam kegiatan perbankan. Setelah saya menyimak beberapa kali obrolan mereka, saya menyimpulkan bahwa HT selalu mengeluhkan tentang peran wakil rakyat saat ini. Ia memiliki cita-cita dalam bentuk visi dan misi untuk membangun negeri ini ke arah yang lebih baik. Membentuk percaturan politik  yang tanpa intrik, dengan segala program pembangunan yang dijalankan seluruhnya ditujukan untuk kesejahteraan rakyat terutama bidang sosial danekonomi. Kondisi yang ada saat ini semua harus dikaji ulang dan dirubah sedini mungkin untuk segala hal yang merugikan rakyat. Sedangkan TN sebagai seorang aktivis parpol tentu saja memberikan pendapat sekaligus argumen yang pada dasarnya menurut saya sedikit relevan dengan kancah politik saat ini. Beliau berpendapat, bahwa segala tindakan untuk merubah suatu sistem kearah yang lebih baik tidak serta merta bisa dilakukan secara spontan, dan hasil yang instant. Semua butuh proses, walau segala sumber daya tersedia saat ini. Kita harus masuk dan mengikuti sistem itu terlebih dahulu. Baru selanjutnya melakukan program-program perubahan ke arah yang lebih baik. Pada suatu kesempatan, HT bertanya tentang pendapat saya mengenai apa yang mereka debatkan. Sebagai orang awam, saya coba memberikan pendapat dari sudut pandang saya pribadi. Menurut saya, memang saat ini segala aspek kehidupan yang berjalan dan diatur oleh Negara banyak yang merugikan rakyat kecil. Semua sistem yang berjalan kadang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat, walaupun mengatas namakan kepentingan rakyat sebagai landasannya. Beberapa program peraturan perundangan, ataupun kebijakan pemerintah, yang sebenarnya bertujuan untuk mensejahterkan rakyat. Malah jauh dari harapan. Kemiskinan dan keprihatinan ada dimana-mana. Sepertinya rakyat tidak terfasilitasi oleh Negara. Semua hanya teori di atas kertas yang prakteknya selalu ada celah untuk oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dan tidak ada tindakan tegas dari pemerintah ataupun wakil-wakil rakyat. Semua seperti abu-abu, menimbulkan kebingungan publik. Andai kata saya ini memiliki pendidikan dan kepandaian, serta memiliki kesempatan sebagai wakil rakyat,saya pribadi mungkin butuh waktu berfikir seribu kali untuk terjun ke dalam kancah politik negeri ini. Mungkin saat ini bisa saja saya berniat bila bisa masuk ke sistem yang ada saat ini, saya ingin merubah sistem yang lebih baik segera. Namun bisa pula saya malah terjerumus mengikuti sistem itu, karena terbentur situasi dan kondisi yang memaksa saya mengikuti arus. Terkadang timbul beberapa pertanyaan publik secara umum , dimanakah peran wakil-wakil rakyat saat ini..? Dengan kondisi yang ada saat ini, apakah mereka selalu butuh waktu lama untukmenggodok semua rumusan yang betujuan untuk kepentingan rakyat. Tidak cukupkah kesadaran dan kewajiban rakyat selama ini dalam menunaikanpajak, peraturan, dan lainnya untuk mengaji dan mendukung program kerja wakil-wakil rakyat..?.Memang wakil-wakil rakyat juga manusia biasa seperti halnya rakyat yang diwakilinya, dia bukan Tuhan yang memiliki kesempurnaan dalam segala hal. Semua ada plus dan minusnya. Tergantung individu yang bersangkutan.Semoga istilah aji mumpung yakni “ mumpung jadi wakil rakyat…” yang saat ini beredar di kalangan masyarakat awam itu tak pernah terjadi. Semoga rakyat negeri ini selalu aman,tentram dan sejahtera di masa mendatang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun