Termasuk Johatsu yang tak kalah misterius. Sebab fenomena yang telah berkembang menjadi sebuah kebudayaan baru di Jepang ini memang bikin penasaran. Johatsu ternyata adalah sebuah fenomena orang-orang Jepang untuk menghilangkan atau menghapus diri mereka yang sudah berlangsung selama lebih dari 30 tahun di Jepang. Loh kok ada yah, budaya menghilangkan diri sendiri seperti ini? Penasaran apa penyebabnya dan bagaimana budaya ini bisa terjadi, mari kita telusuri.
FENOMENA JOUHATSU
Menurut data dari badan statistik dan kepolisian Jepang. Laporan jumlah orang hilang dari tahun ke tahun memang cukup tinggi. Data terakhir pada bulan Juni 2023 saja mencatat setidaknya ada 84.910 warga Jepang yang dilaporkan menghilang secara misterius sejak tahun 2013-hingga 2022. Orang-orang hilang ini dilaporkan memang raib seketika seolah ditelan bumi. Jasad mereka tak pernah diketemukan meski kepolisian Jepang telah melakukan pencaharian yang super-super teliti. Hingga akhirnya sebuah badan khusus dibentuk oleh pemerintah Jepang untuk meneliti kasus orang hilang ini sejak tahun 2015.
Rupanya dari hasil penelitian itu ditemukan bahwa ada indikasi kalau orang-orang yang menghilang secara misterius itu memang telah direncanakan dengan matang oleh orang-orang itu sendiri. Malah orang-orang hilang ini justru membayar perusahaan tertentu untuk membantu proses penghilangan diri mereka dengan bayaran yang sangat mahal harganya.
Fenomena inilah disebut Jouhatsu, yang dalam bahasa Jepang berarti "menghilang seperti uap." Â Departemen kepolisian Jepang meyakini kalau orang-orang yang melakukan jouhatsu ini sangat kecil kemungkinannya untuk bisa ditemukan kembali. Perihalnya mereka diduga telah berganti identitas untuk memulai kehidupan yang baru dengan begitu rapi, sistematis dan terencana. Benar-benar penasaran bukan? Apa yang menyebabkan orang-orang ini melakukannya?
PENYEBAB JOUHATSU
Menurut para peneliti yang meneliti fenomena Jouhatsu, mereka mengatakan Jouhatsu bisa menjadi salah satu cerminan dari bagaimana cara orang mengatasi masalah di Jepang. Mereka lebih memilih me "restart" kehidupan ketimbang "bunuh diri."
Mengapa demikian, sebab inilah beberapa penyebab utama orang-orang itu melakukan Jouhatsu:
TEKANAN SOSIAL
Budaya konformitas dan ekspektasi yang tinggi dari masyarakat Jepang adalah pemicu seseorang mengalami stres yang berlebihan sehingga menyebabkan seseorang mungkin merasa terjebak dalam ekspektasi masyarakat dan akhirnya memilih menghilang sebagai cara untuk menghindari rasa malu atau kegagalan.
MASALAH KEUANGAN
Kemudian juga ada masalah keuangan. Beban ekonomi yang berat, terutama selama masa resesi atau saat angka pengangguran meningkat tajam, dapat menyebabkan seseorang merasa putus asa dan memilih untuk menghilang karena tidak mampu menghadapinya.
MENGHINDARI BUNUH DIRI
Dan yang terkahir adalah karena menghindari bunuh diri dari beragam masalah pribadi seperti masalah- masalah yang dipicu dari hubungan percintaan, pernikahan yang gagal, depresi, atau masalah mental lainnya. Nah orang-orang yang mengalami ini lebih memilih menghilangkan diri mereka ketimbang mengakhiri hidup dengan cara menghilangkan nyawa mereka sendiri seperti kebanyakan orang depresi sering lakukan. Nah, masuk akal juga yah, tapi kalau dipikir-pikir daripada killing yourself mending yah menghilang aja demi memulai suatu kehidupan yang baru....
PROSES JOUHATSU
Namun yang menarik adalah bagaimana Proses jouhatsu ini dilakukan, karena yah menghilang tanpa jejak tentu tak semudah yang kita kira. Hasil penelusuran yang saya dapatkan rupanya Jouhatsu ini tidak dilakukan oleh si pelaku seorang diri, melainkan mereka memakai jasa dari agen penyedia layanan Jouhatsu!
Gokil bukan. Ternyata ada agency khusus yang siap membantu orang-orang depresi ini untuk menghilang demi memulai sebuah kehidupan yang baru. Agency ini bahkan mengatur segalanya dengan rapi dan benar-benar terlindungi. Kok bisa yah, bagaimana caranya? Apakah tidak dilarang oleg undang-undang di Jepang?
Ternyata menurut kepolisian, hal ini memang tidak dilarang oleh undang-undang yang ada Jepang, alias  belum ada aturannya dalam Undang-undang mereka.
Bahkan menurut hasil penelusuran tim yang menginvestigasi ini, mereka mengatakan kalau agen jasa penyedia layanan Jouhatsu ini punya aturan main tersendiri. Yang mana mereka hanya melayani klien yang tidak terlilit masalah kriminal, yang mereka layani hanya masalah perdata saja. Seperti kalau terlilit hutang dan sejenisnya, namun kalau si calon klien sebelumnya terlibat kasus-kasus kriminal berat seperti pembunuhan dll. yah mereka tidak akan membantu. Gimana ini udah kayak di film-film mafia bukan?
Polisi juga mengungkapkan bahwa mereka sulit untuk menemukan para Jouhatsu ini sebab sebagian besar agen penyedia jasa ini rupanya adalah buatan dari geng mafia Yakuza yang melegenda dan punya banyak jaringan di Jepang sehingga pihak kepolisian benar-benar semakin menemui jalan buntu untuk membongkar fenomena ini.
Belum lagi para Jouhatasu ini memang  memutuskan hubungan dengan keluarga, teman, atau kolega mereka. Hpnya diganti, jejak digital mereka dihapus sehingga membuat pihak kepolisian benar-benar kewalahan untuk melacak jejak orang-orang ini. Bahkan polisi menduga mereka telah berganti tampilan dan identitas fisik mereka.
Sudah tentu dampak dari fenomena Jouhatsu tidak hanya akan dirasakan oleh individu yang pergi, tetapi juga oleh keluarga dan masyarakat sekitarnya. Karena para pelaku jouhatsu benar-benar menghilang bagai uap.....
Hingga saat ini meski pemerintah Jepang begitu mengecam tindakan Jouhatsu ini tapi tidak banyak yang dapat dilakukan oleh pemerintah jepang, satu-satunya caranya yang bisa mereka lakukan hanyalah memberikan motivasi, lewat berbagai iklan yang menyentuh agar masyarakat jepang tidak gelap mata untuk melakukan jouhatsu...dan bekerjsama dengan berbagai LSM yang tertarik mencegah terus berlangsungnya fenomena ini.