Tak terasa waktu
aku mencintaimu sudah begitu lama, entah mulai kapan
lima belas, duapuluh tahun mungkin saja.
Suka duka tiap musim berganti kulalui
bila kau menang aku senang, bila kau terpuruk aku ikut terpuruk.
Kekasih hati di dunia nyata
ternyata nggak bisa membuatku benar-benar bahagia
aku selalu menuntut imbalan setiap apa yang kuberikan.
Tapi tidak denganmu !!
begitu banyak yang telah kuberikan, ku tak pernah menuntut apa-apa.
Berkali aku sakit ditinggal kekasih di dunia nyata.
Ternyata nggak sesakit saat kau
dikangkangi saudara murtadmu itu
dipecundangi nyonya tua nggak tahu diri
atau saat ditertawakan dua merda ibukota. Cuiiih…
Kini
dengan kejayaanmu ke delapanbelas kali-nya
aku larut dalam euphoria.
Tapi seperti yang dulu-dulu
akupun rela jika suatu saat kembali tak bisa memberi apa-apa untukku.