Pak Jono yang kini lebih banyak mengurusi kegiatan keagamaan juga mengisahkan bagaimana rasa cintanya dia pada Golkar saat aktif di kepengurusan. Lebih banyak waktu yang beliau habiskan dengan Golkar dari pada dengan keluarganya. Perlu diketahui bahwa saya tinggal di Kabupaten terpencil diwilayah perbatasan yang akses transportasi masih jauh dari fasilitas transportasi yang ada di Jawa. Tentu ini menjadi pekerjaan berat bagi beliau untuk selalu turba (turun ke bawah) melakukan kaderisasi ke kecamatan atau ke desa-desa.
Cinta.. tentu saja itu alasan pertama beliau untuk aktif di partai Golkar yang kala itu merupakan partai mayoritas milik pemerintah. Bahkan saking cintanya Pak Jono pada golkar, sore itu bercerita. Bahwa sampai dia berdoa di depan Ka'bah untuk kemenangan Golkar di tahun 1997. Memang saat itu Golkar menang tapi kemudian di tahun 1999, kemenangan di tangan PDIP.
Sekarang Pak Jono lebih senang menghabiskan waktunya di masjid, menjadi takmir masjid dan pengurus PHBI. Kecintaan beliau pada Golkar mungkin masih tersisa, tapi kekecewaanya sekarang ini pun tetap dia rasakan. Diantara dua rasa itulah Pak Jono mengambil posisi diam. Entah sampai kapan. Yang jelas sifat-sifat pegabdian tidak pernah hilang dari dirinya.