Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Umat bagai Lautan dengan Palma di Tangan...

17 April 2011   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:44 160 0
Daun palem adalah simbol dari kemenangan. Daun palem ini membawa arti ke arah simbol Kristen.Daun palem digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian. Martir sering digambarkan dengan daun pelem di antara tempat atau tambahan untuk instrumen dari kesyahidan. Kristus kerap kali menunjukkan hubungan daun palem sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kematian. Lebih jelas lagi, hal itu diasosiasikan dengan kejayaan-Nya memasuki Yerusalem, ( Yohanes 12:12-13).

Daun palem memiliki warna hijau, hijau adalah warna dari tumbuh-tumbuhan dan musim semi. Oleh karena itu simbol kemenangan dari musim semi diatas musim salju atau kehidupan di atas kematian, menjadi sebuah campuran dari kuning dan biru itu juga melambangkan amal dan registrasi dari pekerjaan jiwa yang baik.

Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palem sambil bernyanyi.Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem.Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, di mana ada kedamaian. (dari om google n mbah wikipedia)

MAsa Pekan Suci , buat saya yang masih penuh banget nafsu manusiawinya, adalah ritus yang melelahkan. Pekan suci dibuka dengan Mingu Palma. Itu seperti pemanasan bahwa ritus pekan suci ini akan dilakukan banyak tetek bengek ritus yang panjang durasi waktunya. Bayangkan saja untuk minggu palma yang katanya 'pemanasan' sudah menghabiskan waktu 2,5 jam .

bagi orang beriman, semakin lama justru semakin baik dan membuat semua hasrat, emosi dan hal-hal metafisis lainnya dapat terungkap. Imanuel Kant berkata bahwa hanya manusia yang mempunyai konsep metafisis tentang TUHAN saja yang dapat mengerti apa, untuk apa dan mengapa suatu ritus dilakukan. Jelas juga bagi orang beriman bahwa semua itu (ritus2) dilakukan sebagai pengungkapan iman terdalam untuk berjumpa dengan yang transenden bahkan bersatu dengan-Nya. Agutinus dari Hippo (salah seorang uskup, bapa gereja pada abad 4-5 )mengatakan bahwa kebahagiaan sejati dan tertinggi manusia adalah bersatu dan beristirahat dalam Tuhan. Hal ini juga ditegaskan oleh Karl Rahner (seorang teolog dari Gereja Roma) mengatakan bahwa manusia zaman modern ini hanya akan mempertahankan agama sejauh mengetahui, mengenal bahkan mengalami hal-hal mistis. Hal-hal mistis disini diartikan sebagai sesuatu yang membuat orang merasa berjumpa dengan Tuhan. jadi seandainya ritus-ritus itu dilakukan supaya orang berjumpa dengan Tuhannya maka semakin lama semakin baik...kenapa? karena pemazmur menulis bahwa 'lebih baik satu hari dipelataran-Mu dari pada seribu hari ditempat lain'. Ini juga yang menjadi iman orang yang mengimani ritus-ritus sebagai instrumen berjumpa dengan Tuhannya.

Bagi orang  Katolik yang dipenuhi dengan ritus-ritus, bagi umat islam yang mempunyai tatacara sholat, kaum karismatik mempunyai ekspresi-ekspresi iman dengan menangis dan sukacita; jika itu semua membuat mereka semua berjumpa dengan yang menjadi sumber hidup mereka maka semua hal yang berbau ritus adalah suatu berkat yang melimpah.

MAsalahnya adalah ketika ada orang Kristen KTP, Muslim KTP, Budhis KTP yang tidak hidup dan menghidupu apa yang diajarkan. maka cemoohan dari kaum ateis, monoteis anti-sistem adalah suatu kenyataan. Ngapain kita jongkoko-jongkok sampe ambruk bahkan termehek-mehek didepan tembok atau palang salib seakan-akan benda-benda itu akan memberio jawaban. Buat apa anak-anak rela ikut-ikutan istigothsah sampe larut malam dan termehek-mehek; buat apa ada band-band rohani yang jingkrak-jingkrak dan mengakui bahwa urapan Roh Kudus sedang menaungi bahkan membanjiri mereka dengan karisma-karismanya. Kalau semua itu dilakukan bagi para KTP'ers maka semua itu adalah hampa. Lebih baik kita nyanyi 'Dunia ini panggung sandiwara' dibalik pintu WC dan jongkok sambil mengepulkan asap rokok...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun