Secara organisatoris, terorisme sudah dilumpuhkan tetapi tidak berarti mati secara total. Ada gerakan terorisme yang muncul secara sporadis. Dengan berkaca pada kenyataan ini maka mendorong Abdul Rojak, MA sebagai moderator, yang menekankan bahwa terorisme menjadi musuh bersama. Dalam memberantas terorisme ini perlu meningkatkan partisipasi masyarakat yang melihat dan mengawasi orang-orang yang berada di sekitarnya. Ketika masyarakat semakin cuek dengan situasi ini maka pada saat yang sama, teroris muncul lagi, sepertinya membangunkan masyarakat dari sikap apatisnya.
Diskusi publik ini menghadirkan dua pembicara, yakni Dr. Rumadi Ahmad dari Wahid Institut dan Zora A. Sukabdi, M.Psi, dosen psikologi Universitas Indonesia. Dalam pemaparan makalahnya, Rumadi Ahmad mengatakan bahwa “terorisme menjadi musuh bersama tetapi terkadang, kita tidak mengerti, siapa itu musuh kita.” Apa yang dikatakan ini berkaitan dengan gerakan pemberantasan terorisme yang terkadang menemui jalan buntu karena para teroris yang bergerak secara sempalan dan ini menjadi sulit terdeteksi.Lebih jauh Rumadi mempertanyakan, “mengapa orang mati karena bom bunuh diri diperdebatkan secara berlebihan, sedangkan orang yang mati ditabrak ditanggapi secara dingin?” Padahal esensinya sama, yakni sama-sama mati, hanya cara atau proses kematiannya beda.
Sedangkan Zora A. Sukabdi, selain sebagai dosen psikologi di Universitas Indonesia, ia juga dikenal sebagai pegiat yang terjun langsung mendampingi kelompok-kelompok teroris yang tertangkap dan masih dipenjarakan. Dalam proses pendampingan, ia mengatakan bahwa para teroris yang dipenjara ketika dimintai pendapat mengenai apa yang dilakukan, mereka menceritakan dengan penuh semangat dan seolah-olah apa yang dilakukannya sebagai tugas yang diberikan Tuhan kepada mereka. Mereka menceritakan tindakan sadis yang dilakukan tetapi mereka tidak melihatnya sebagai tindakan yang salah. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Zora A. Sukabdi menjadi bagian penting dalam proses penyadaran kembali tentang apa yang dilakukan dan meluruskan pemahaman yang salah yang terbangun dalam dirinya. Di akhir diskusi publik itu, Zora A. Sukabdi mengajak para peserta untuk melihat “musuh” bersama ada dalam diri kita masing-masing. Kita memusuhi egoisme kita, dan memusuhi paham-paham yang membenarkan sebuah tindakan sadis atas nama agama tertentu.***(Valery Kopong, http://viretabahasa.blogspot.com)