Â
Tenaga gizi berperan penting dalam menghadapi tantangan ini. Melalui pendekatan sistematis, tenaga gizi dapat memberikan pelayanan yang melibatkan lima langkah utama yang diantaranya adalah pengkajian, diagnosis, intervensi, monitoring, dan evaluasi. Dengan pendekatan yang sistematis ini, tenaga gizi dapat memberikan pelayanan berkualitas dan efektif masyarakat.
Â
Tenaga gizi berperan di berbagai tingkat pelayanan kesehatan, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit. Di puskesmas, mereka bertugas memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti pentingnya tablet tambah darah bagi ibu hamil dan pola makan sehat untuk mencegah stunting. Sementara itu, di rumah sakit, pelayanan gizi melibatkan penyelenggaraan makanan, asuhan gizi klinis, dan penelitian seperti menjalankan skrining gizi awal pasien untuk merancang intervensi diet yang tepat. Selain itu, tenaga gizi juga berfungsi sebagai edukator yang bertugas meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi dalam pencegahan penyakit kronis dan menjaga kesehatan keluarga.
Â
Sayangnya, pelayanan gizi di Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya tenaga profesional di puskesmas, terutama di daerah terpencil. Banyak puskesmas tidak memiliki tenaga gizi dengan latar belakang pendidikan minimal D3, sehingga pelayanan yang diberikan tidak optimal. Selain itu, sering terjadi kesalahan pada koordinasi yang menyebabkan kurangnya komunikasi antara tenaga medis ataupun tenaga kesehatan lainnya. Monitoring dan evaluasi juga masih menjadi masalah serius karena pencatatan hasil asuhan gizi sering kali dilakukan secara tidak sistematis. Di sisi lain, rendahnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya gizi memperparah masalah ini, karena banyak individu tidak memahami peran pola makan yang baik dalam proses pemulihan maupun pencegahan penyakit.
Â
Beberapa langkah strategis dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan gizi. Prioritas utama adalah peningkatan kompetensi tenaga gizi melalui pelatihan intensif, khususnya bagi tenaga pelaksana di daerah terpencil yang sering kali menghadapi keterbatasan sumber daya dan pelatihan. Pelatihan lintas profesi juga diperlukan untuk memperbaiki koordinasi antara dokter, perawat, dan tenaga gizi, sehingga pelayanan dapat lebih terpadu. Di rumah sakit, pembentukan tim terapi gizi dapat menjadi solusi efektif untuk memastikan setiap profesi memberikan kontribusi optimal dalam proses asuhan gizi, mulai dari diagnosis hingga evaluasi. Integrasi teknologi, seperti penggunaan sistem e-PPGBM, juga penting untuk meningkatkan akurasi data dan mempermudah evaluasi intervensi. Sementara itu, di tingkat masyarakat, kampanye edukasi gizi berbasis keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola makan sehat dan manfaatnya bagi kesehatan jangka panjang.
Â
Tenaga gizi memiliki peran strategis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pelayanan gizi yang optimal. Meskipun terdapat berbagai tantangan, peningkatan kompetensi, kolaborasi lintas profesi, dan pemanfaatan teknologi dapat menjadi solusi. Dengan mendukung program edukasi gizi dan memperkuat sistem pelayanan, diharapkan masyarakat Indonesia dapat mencapai status gizi yang lebih baik.
Â
References
Izwardy, D. (2018). Pedoman Proses Asuhan Gizi Puskesmas (pp. 27--50). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Sulistiyanto, A. D., Handayani, O. W. K., & Rustiana, E. R. (2017). PERAN PETUGAS GIZI DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN ASUHAN GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP. Unnes Journal of Public Health, 6(2), 79--80. https://doi.org/10.15294/ujph.v6i2.13776
Susilo, D. (2022). STANDAR PROFESI DIETISIEN. Retrieved from https://kms.kemkes.go.id/contents/1717130592845-BukuDigitalStandarProfesiDietesien.pdf