Wahai hati yang terabaikan. Untukmu kata-kata ini kutulis dengan tulus agar kau merasa tak terabaikan atau terbuang. Kukatakan begitu karena hatiku pernah rasakan bagaimana perihnya kala orang yang kuharapkan mampu membuat hidupku nyaman ternyata tak bisa diharapkan sama sekali. Aku terlunta, teraniaya, dan kuterima banyak cercaan dan hanya makian belaka. Semua sahabat, karib, dan saudara memandang sebelah mata. Kebanyakan mereka hanya bisa menyalahkan dan sedikit saja yang mengatkan kasihan. Rasa getir hanya bisa kurasakan didampingi kucuran air mata. Tak ada yang menyekanya. Duka nestapa kuusap sendiri. Mereka tak pernah mau mendengar sedikit pun betapa berat perjuangan yang harus kulakukan untuk dapat keluar dari ruang gelap bernama keterpurukan itu.
KEMBALI KE ARTIKEL