Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta - Tamat - Versi Bahagia Arbi

18 Agustus 2010   07:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:55 228 0
Episode-episode sebelumnya dapat dilihat di sini: Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta #1 s/d #20 [caption id="attachment_230550" align="alignleft" width="238" caption="lustrasi oleh Azam Raharjo: "Color Sketch of A Redhead""][/caption] MALAM pertama sebuah pernikahan selalu beraroma seksi dengan banyak strategi dari masing-masing pencinta menikmati bagaimana sumringahnya. Tak terkecuali Rindu dan Satria. Dua sejoli yang baru saja melangsungkan pernikahannya tadi siang sedang akan memulai malam-malam bersama mereka. Sekamar. Pasti. Namun suasana malam yang baru berusia jam 7:30 adalah terlalu dini bagi mereka berdua untuk masuk kamar. "Belum jam lapan," ujar Rindu. "Nonton TV dulu deh," sambung Satria. "Iya, pelan-pelan aja," lanjut Rindu. Mereka berdua menikmati berita TV sambil memendan hasrat masing-masing untuk saling memberi dan menerima dalam cinta. Tetapi, tanpa mereka sadari sama sekali dibalik jendela yang persis ada di belakang mereka, dua pasang mata sedang mengintai gerak-gerik Rindu dan Satria sejak tadi. Dua pria bersebo. Masing-masing mereka membawa samurai di tangan kanannya dan sebilah belati tajam mengkilat terselip di pinggang kedua. Apa yang sedang mereka rencanakan? Dan siapa yang menyuruh mereka datang merusak pesta malam pertama pernikahan Rindu dan Satria? Denting suara jam dinding sudah terdengar delapan kali. Rindu mengajak Satria masuk kamar dengan menarik tangannya. "Sayang, sudah jam lapan loh. Aku sudah tak sabar menikmati malam indah ini denganmu." Rindu tertawa nakal. "Aku akan jadi lelaki paling menyesal di dunia bila membiarkan begitu saja semua keindahan yang ada padamu Rinduku." Satria bangkit dan menuju kamar. Pintu tertutup rapat. Tak ada suara sama sekali dari dalam kamar penuh cinta itu. Mungkin Rindu dan Satria sedang menikmati percintaan mereka dengan tenang dan tak suka suara musik bercintanya dinikmati telinga manusia lain. Malam kian hening dan mulai mencekam. Bulu kuduk siapapun rasanya akan berdiri. Belum lagi suara lolongan anjing malam yang mulai terdengar semakin jelas. Dari dalam kamar terdengar rintihan dan teriakan. "Bukan aku, jangan, jangan." Suara seorang pria. Mungkin suara Satria yang sedang mencoba melakukan perlawanan. Entah apa dan bagaimana yang terjadi di dalam kamar itu sama sekali tak ada yang mendengar. Tak ada siapapun yang tahu. Kemana Rindu? Hingga pagi menjelang belum ada tanda-tanda bahwa Rindu dan Satria akan keluar dari kamar mereka. Ibu Rindu mulai gelisah. "Sudah jam segini mereka belum bangun, ada apa ya?" Ibu Rindu bergumam dalam hati. Dia memutuskan mengetuk pintu kamar Rindu. Perasaannya sama sekali tidak enak. Pintu kamar itu pun diketuk berkali-kali dan semakin keras. Tak ada jawaban. Tanpa pikir panjang Ibu Rindu mendorong pintu itu dan dia kaget bukan kepalang. Kamar pengantin yang kemarin begitu wangi dan dihias indah berubah warna menjadi merah. Ya, darah ada dimana-mana. Tempat tidur menjadi kubangan darah. Sepontan Ibu Rindu teriak. "Tolong...tolongggggggg..." Beberapa orang tetangga masuk lewat pintu belakang dan langsung menuju kamar. Mereka semua kaget bukan main. Rindu dan Satria berpelukan tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh keduanya. Darah masih mengalir dari telinga Satria dan mengucur deras dari hidung, kepala, dan mata Rindu. Benar-benar pembantaian yang sadis dan begitu keji. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah ada sebuah piring diatas meja hias yang diatasnya terdapat sesuatu yang ditutupi dua selembar tisue pembersih muka. Ketika Ibu Rindu mengangkat tisue itu ternyata ada dua jantung milik Rindu dan Satria. Sungguh sebuah pembunuhan yang sadis. Sangat sadis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun