MEMANG, tulisan iniĀ kukhususkan untukmu yang selalu bersamayam dalam jiwa dan ragaku. Ia akan kusisipkan dalam kantong egomu. Kurasa, engkau perlu tahu bahwa dirimu telah kujadikan prasasti hidup yang tetap kokoh dalam hatiku dan pasti kuceritakan kepada siapa saja dalam dinasti keberadaanku.
Kini hatiku, jika kuibaratkan langit ia sedang meradang dalam tubuh yang tercabik sambil mengerang kesakitan. Namun ia masih membisu dalam detik hitungan kesatu. Setiap nafasku membawa harapan yang besar tentangmu. Walaupun engkau masih tetap membisu tanpa kata saat meninggalkanku.
Semi pagi itu telah kuniatkan untuk menuntaskan rasa yang lama terpendam agar hatiku yang nyaris terburai kembali dijahit oleh kepuasan. Sejauh mana aku bisa melakukan itu selalu menjadi ganjalan yang susah untuk kujawab. Dan aku senang memberitahukanmu bahwa kata cinta sangat mudah kututurkan buat hati wanita yang lain sebelum kita saling mengenal. Tapi saat berada dihadapanmu aku tak bisa berkata apapun. Lisanku kaku, malu-malu bercampur takut. Ya, saat itu aku takut jemari tanganmu mencongkel lebih dari setengah hatikubuat kau tulisi namamu. Dan setelahnya engkaupun menjelma menjadi hantu bagiku. Aku tahu pasti bahwa memendam keinginan bukanlah pekerjaan yang baik. Bukankah setiap jiwa manapun perlu makan, butuh minum dan ingin tersenyum seperti bagian lain pada raga itu sendiri?
Aku tahu bahwa bicara tentang jatuh cinta tak ada ujungnya. Ia memang tak kenal usia, indahnya bisa muncul kapan saja diinginkan penikmatnya. Kala jiwa disesaki berbagai hal bertuliskan harapan dan impian. Cinta ada di setiap sudut harapan dan kadang bersembunyi diantara bayang-bayang masa lalu. Cinta ada di setiap tempat di dunia. Ia pasti ada di Rumah Sakit, Lapangan Bola, bahkan di kuburan saat acara pemakaman berlangsung. Inilah sebagian pesan yang ingin kukirimkan untukmu yang kini telah menepikan diri bersama sebuah pilihan yang kau yakini mampu memenuhi impian dan harapan masa mudamu.
Dulu, aku sering mengatakan padamu bahwa suatu hari aku ingin menikah denganmu. Kamu tahu kenapa? Semua itu karena aku membawa sebuah cinta yang berisikan ketulusan dan aku hanya mau membagikannya berdua denganmu. Bahkan sering pula kukatakan bahwa aku tak pernah lari dari sisimu walau kedua kakimu hilang sekalipun. Singkatnya, saat itu, beberapa tahun yang lalu aku selalu berusaha meyakinkan hatimu bahwa aku lelaki paling jantan dan terlayak untuk kau jadikan suamimu.
Aku pernah juga menceritakan padamu bahwa aku ingin punya kemampuan menjatuhkan diriku pada basahnya jiwa yang bersayap yang bisa terbang meninggi mencapai awan jiwa demi cintaku. Saat itu aku berpikir bahwa semua hal akan indah jika cinta dijatuhkan pada tempat dan saat yang tepat. Dan tubuh pun hilang lenyap dalam gemerlapnya istana yang kubangun sendiri dengan bahan baku disepuhi emas cinta. Dan kini semua itu hanya menyisakan dua kesan yang berbeda padaku dan dirimu. Bagiku engkau adalah satu-satunya kenangan terindah yang tak kan bisa kuhapus dengan apapun. Dan mungkin bagimu semua itu telah lenyap bagaikan buih yang banyak dilautan tapi tak pernah beraturan. Mereka telah kau hempaskan ke tepian pantai berwarna kelam tanpa makna apa-apa. Mengapa ini kau lakukan cintaku? Apakah engkau mengira diriku tak ada daya dan kekuatan sama sekali untuk membuat hidupmu bahagia?
Wahai cintaku. Aku tak berniat untuk membuka kembali hatimu yang telah digemboki ketidakmungkinan. Mustahil bagi kita berdua untuk kembali merajut benang-benang indah yang akan kita jadikan sulaman masa depan. Meskipun aku sering berpikir untuk membukakannya dengan kunci ketulusan agar jiwamu tergugah. Tapi, itu bukanlah diriku. Bukankah diriku yang kau kenal selalu ingin melihatmu tersenyum? Bagiku kebahagian dan kenikmatan hidup yang kau rasakan sekarang sama besarnya dengan kecintaanku padamu. Aku tak mau mengusik kehidupanmu dengan mengganggu setiap ketenteramannya. Hanya saja aku masih begitu sulit melenyapkan bayang-bayang dirimu. Memang, aku telah merelakanmu dengan penuh keikhlasan tanpa rasa dendam sedikitpun. Jika suatu hari ada seorang teman memberitahukanku tentang ketidakbahagian biduk hidupmu, maka jiwaku akan menjerit penuh penyesalan mengapa aku tidak memaksamu menikah denganku beberapa tahun yang lalu, dan ini akan menjadi sebuah penyesalan dan kesedihan bagiku yang mungkin kubawa selamanya hingga arwahku pun akan merasakan hal yang sama.
Akhirnya, Aku hanya merasa perlu memberitahukanmu bahwa aku masih mengingat banyak hal tentangmu. Aku bisa menggambarkan dengan jelas tentang wajah dengan dua bola mata terindah milikmu. Cara bicara dan tersenyummu tak pernah kulupa sedikitpun, dan bahkan aku masih ingat bagaimana indahnya rona wajahmu bila engkau sedang benar-benar marah padaku. Sebelum pesan ini kututup, engkau harus tahu bahwa sesungguhnya apa yang kini engkau baca ingin kuserahkan padamu secara langsung tanpa ada penghalang sedikitpun. Aku ingin melihat senyum simpulmu yang lugu dan sedikit malu-malu. Dan aku takkan pernah lupa memintamu membacanya dengan tenang dibawah terangnya lampu kamarmu. Jika pesan ini kutitipkan melalui seseorang maka hal itu akan menyulitkanku menganalisa sejauh mana engkau bersedia membacanya karena sesungguhnya ini hanya kutujukan untukmu wahai cinta sejatiku.
Banda Aceh, 17 November 2009