Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Mengapa Wajah Muslimah Bercahaya

27 Agustus 2015   08:32 Diperbarui: 27 Agustus 2015   08:32 222 0
Ada sebuah dalil yang sering dilontarkan oleh kaum muslimin untuk membenarkan eksistensi Allah, yakni banyak kaum muslimin yang rajin Solat wajahnya terlihat bercahaya. Mereka katakan ini akibat pancaran rahmat, atau pantulan cahaya surga. Bukti kasih sayang Allah terhadap hamba-hambanya yang taat maka diberikanlah nur pada wajah mereka. <br />
Saya seorang yang sangat skeptis dalam memandang segala persoalan. Pandangan saya adalah sebelum memutuskan benar tidaknya klaim ini, kita harus tentukan dulu tolak ukur fundamental/paling dasar yang digunakan. Bukan soal wajah bercahaya; bukan soal lapisan pertemuan dua laut; atau soal jasad firaun; mukjizat air zam-zam; dll. Yang kita cari tahu adalah apa alasan utama untuk kita memilih agama Islam, atau lebih tepatnya <strong>apa alasan utama bagi kita untuk beragama?</strong> <br />
Saya yakin sebagian besar dari kita beragama bukan lantaran mencari tahu mana yang lebih bagus antara beragama atau tidak beragama. Kita beragama lantaran lahir dari rahim orang yang beragama. Atau setidaknya terisolasi pada lingkungan orang-orang yang sudah terlanjur beragama. Jika Anda lahir dari orang tua yang atheis, saya yakin Anda juga akan atheis. <br />
Dengan membaca berbagai literatur ternyata sebagian besar dari kita bisa sampai pada kesimpulan bahwa agama itu diadakan untuk menyempurkan hakikat kemanusiaan. <strong>Dan memang iya, tolak ukur segala sesuatu di dunia ini adalah manusia</strong>. Tidak ada lagi oknum yang lebih menentukan di dunia ini lebih dari manusia itu sendiri. Jika dikaitkan dengan kasus wajah bercahaya tadi, maka kalimatnya bisa diperjelas menjadi: <strong>adanya manusia yang wajahnya bercahaya mengakibatkan manusia berkesimpulan bahwa Tuhan itu ada, dan Islam itu agama yang benar</strong>. <br />
Jelas penilaian berdasarkan wajah yang bercahaya ini sifatnya <strong><em>human-oriented</em></strong>. Dan jika begitu maka saya bisa ajukan dalil lain yang juga human-oriented yang kontras dengan dalil ini.&nbsp; Di Al-Quran (Al-Maidah ayat 38-39) disebutkan bahwa orang yang mencuri wajib dipotong tangannya----Beberapa teman saya pernah mengatakan bahwa hukuman ini tidak wajib sifatnya, namun hanya untuk menegaskan besarnya dosa mencuri di mata Allah (walaupun udah jelas-jelas di dalam Al-Quran itu wajib). Bayangkan jika kita lahir ke dunia ini tanpa dibekali tangan oleh Tuhan, betapa beratnya menjalani hidup. Lantas ada di dunia ini manusia yang mengatakan bahwa Tuhan memberi legitimasi kepada mereka untuk memutuskan organ tangan tersebut karena satu dua hal yang sifatnya sepele. Iya, kata si muslim hukum potong tangan tersebut tidak terasa sakit. Namun yang jadi masalah adalah bagaimana kalo kita tiba-tiba kehilangan tangan? <strong>Bisa dihitung berapa persen aktifitas keseharian kita yang tidak bisa dilakukan jika kita tidak dibekali tangan</strong>. Kita bukan ular, atau amuba, atau ikan, yang bisa hidup tanpa tangan. <br />
Belum lagi pandangan horor dalam proses potong tangan tersebut. <br />
Masih banyak dalil lainnya yang sifatnya human oriented: hukum rajam bagi pezina; hukuman mati bagi yang murtad; jizyah; perbudakan; <em>darul harb</em> dan <em>darul Islam</em>; dan lain-lain yang sangat bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Dan jika dibandingkan dengan wajah yang bercahaya tadi, pertanyaannya adalah: <strong>itu apa sih</strong>?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun