Sebuah target telah di tancapkan tapi apakah telah diterjemahkan dalam sebuah action plan yang memadai untuk masing masing PB? Kalaupun sudah apakah langkah demi angkah telah di lakukan dengan baik dan benar? Lalu siapa yang akan memberi penilaian dan kalau ada langkah langkah yang keliru adakah tindakan yang mengkoreksi agar benar? Semua jawaban tersebut bisa saja dijawab dengan sudah oleh yang berwenang dalam hal ini bisa Kemenpora, KOI, Satgas Prima atau oleh PB masing masing. Mungkin sebagian sudah seperti pengiriman beberapa cabang mengikuti Kejuaraan regional. Namun hal itu sangat disangsikan mengingat pembangunan sarana aja mulur mungkret tanpa target yang jelas. Satgas Prima juga tidak menyajikan data tentang kemajuan dari masing masing atlet atau minimal masing masing PB, jadi umum menjadi buta tentang kemajuan Pelatnas masing masing Cabor.
Saya bilang compang camping selain dilanda kisruh Nazarudin dengan suap menyuap Wisma Atlet, belum jadinya Venues untuk Atletik, Aquatic dan Menembak juga kurangnya dana bagi cabang olahraga untuk berlatih apa lagi uci coba. Tengok saja berita Timnas Sepakbola yang tidak ada uji coba ke luar egeri karena tidak ada dana cukup dengan dari Club ISL. Belum lagi mereka setengah hati berlatih mengingat masalaribut PSSI yang tak kunjung selesai. Atlet Senam yang berlatih sendiri dengan patungan antar atlet dan pelatihnya. Atlet renang yang hanya mengukur dengan diri sendiri tanpa uji coba dengan atlet negara lain. Bulutangkis yang keok melulu pelapis kedua belim siap selalu angin anginan dalam unjuk performa. Beruntung Malaysia mengirim atlet muda pelapis Lee Chong Wei. (ini genius karena sasaran mereka bukan lagi tingkat kecamatan Asia Tenggara). Atletik hanya berharap pada Trianingsih, Suryo plus teman estafetnya dan Dedeh Erawati saja. Menembak yang selalu kalah dengan Thailand demikian pula Tinju mana bisa lawan Thailand dan Philipina? Padahal cabang cabang tersebut adalah paling banyak menyediakan medali. Kita semua masih berharap pada orang orang kuat di cabor Angkat Besi dan Angkat Berat namun jangan salah disini Myanmar juga cukup kuat bersaing. Ada juga sedikit tambahan dari atlet selam yang juga berjaya di kejuaraan dunia dan oh ya tentu saja Perahu Naga. Rasanya sungguh berat dengan persiapan yang compang camping ini untuk menjadi Juara Umum. Secara psikis atlet yang sedang bersiap bertanding tentu akan merasa risih dengan adanya berita berita tentang kasus suap dan belum siapnya venues. Secara fisik dan tehnik mereka kurang uji coba dengan atlet atlet negara lain jadi suasana pertandingan tidak mereka dapat atmosfer persaingan dalam pertandingan tidak juga dirasakan. Dengan cara seperti ini masih beranikah kita berharap jadi nomor wahid di Asia Tenggara dibidang Olahraga? Tapi semua bisa saja terjadi bukankah Kemerdekaan kita hanya dibekali semangat juang dengan peralatan perang yang jauh kalah kelas dengan Belanda, Jepang dan Inggris? Semangat ini mudah mudahan bisa mengilhami atlet atlet kita.
Memang saya tidak mempunyai data yang akurat namun hanya berdasar berita berita di media cetak maupun elektronik sekali lagi ini hanya pengamatan sekilas sambil tetap berharap Atlet kita mengempos semangat demi Merah Putih dan Garuda di Dadaku dan mengejar bonus yang ratusan juta untuk meraih emas. Inilah yang kita hadapi sebagai fakta. Tetap berharap, tetap berdoa, tetap berusaha supaya atlet kita tidak terpengaruh dan mengerahkan segala kekuatan untuk meraih yang terbaik. Semoga!