28 Juli 2015 09:32Diperbarui: 11 Agustus 2015 19:441110
“Dengan kekuatan kita hanya akan menciptakan ketakutan, dan dalam ketakutan tak ada loyalitas abadi. Dengan kebijakan kita akan menciptakan rasa segan, dan dengan itulah menciptakan loyalitas tanpa batas yang bisa di sebut persaudaraan.” –anonymous
“MOS”…Mungkin bagi sebagian besar pelajar, mahasiswa atau peserta didik baru ini menjadi hal yang menakutkan. Dalam benak hanya ada junior selalu salah dan pantas dihukum. Apalagi sudah begitu banyak berita kekerasan dalam kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) dan OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) ini.
Melihat kekerasan dan ketidak sesuaian dalam pelaksanaan MOS banyak masyarakat yang menentang diselenggarakannya MOS. Lantas masih perlukah MOS di selenggarakan???
Sejenak saya berfikir, salahkah MOS itu??? Mengapa MOS salah??? Toh tujuan awal MOS adalah mengenalkan peserta didik baru terhadap lingkungan baru beserta aturan-aturannya. Lantas sebenarnya siapakah yang salah??? MOS kah???
Nah disitu saya coba menerka, sebenarnya niat awal MOS tidak salah. MOS sendiri ditujukan untuk menyiapkan peserta didik agar siap menghadapi lingkungan barunya, mulai dari pengenalan lingkungan, aturan, seluruh kegiatan, bahkan menanamkan sikap, mental dan spiritual yang lebih baik dan tangguh.
Dari tujuannya saja sudah sangat benar, namun kenapa masih ada kekerasan, bullying bahkan sampai pelecehan???
Coba anda fikirkan, sudah benarkah mereka yang menyelenggarakan MOS???
Ya… Penyelenggaraannya lah sebenarnya yang harus diperbaiki. Mulai dari Senior, Guru Pembimbing dan siapapun yang nantinya terlibat dalam kegiatan MOS tersebut.
Pengawasan dalam pelaksanaan MOS masih sangat kurang terutama dari Guru Pembimbing. Tak perlu adanya Polisi untuk mengawasi MOS, cukup guru pembimbing yang seharusnya dengan ikhlas tetap memantau perkembangan dan pelaksanaan MOS tersebut. Guru Pembimbing harus mengerti juga apa tujuan awal MOS tersebut, sehingga mampu memberikan kontrol jika MOS dilaksanakan sedikit diluar batas. Toh bagaimanapun jika terjadi kesalahan dan ketidak sesuaian dalam pelaksanaan MOS maka sekolah atau universitas beserta jajaran guru dan dosenlah yang ikut menikmati dampaknya.
Selain itu, mungkin bagi para senior MOS adalah ajang balas dendam atau menunjukkan siapa yang berkuasa disini. Oke… Sebagai para senior, sebaiknya lakukan saja apa yang perlu dilakukan. Pembimbingan terhadap peserta didik baru lakukan saja sewajarnya. Tak perlu ada kekerasan dalam pembentukan mental. Jika salah hukum saja sewajarnya. Menumbuhkan mental sang junior bukan berarti berpuas-puas menjatuhkan harga dirinya juga. Lakukan saja sewajarnya. Ingat, tak selama anda senior akan selalu di atas. Bisa jadi nantinya sang junior andalah yang ada di atas.
Mungkin sebagian alasan adalah agar sang junior mau menghormati dan tidak seenaknya pada seniornya, istilahnya menghormati yang lebih tua. Oke… menurut saya bukan dengan kekerasan dan menunjukkan kebengisan agar sang junior takut supaya di hormati.
“Jika anda ingin dihormati, maka jaga kehormatan orang lain.”
Selain dari penyelenggara mungkin perlu adanya aturan sebaiknya bagaimanakah MOS yang benar sehingga mampu mencapai target yang sesuai. Karena sejauh ini menurut penglihatan saya, MOS hanya dilakukan seperti meraba-raba tujuan sesungguhnya. Tak ada yang jelas bagaimanakah skema pelaksanaan MOS yang sesuai.
Baik, masih salahkah MOS??? Daripada terus menyalahkan lebih baik kita saling mengkoreksi diri dan bersama-sama membangun bagaimanakah MOS bisa terlaksana sesuai tujuan. Menciptakan generasi muda yang tangguh dengan sikap dan moral yang baik, serta mental dan spiritual yang siap untuk menghadapi persaingan dalam membangun bangsa ini.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.