Memang dari sisi manapun keluarga Apriyani tidak bersalah dalam kecelakaan ini. Namun itulah uniknya ilmu sosial, segala sesuatu tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa jika A makan akan terjadi B dan seterusnya. Dalam ilmu dan kehidupan sosial, tidak ada tolak ukur yang pasti yang lantas menjamin bahwa Apriyani sebagai pelaku akan menanggung semua beban hasil perbuatannya dan keluarganya tidak pantas mendapatkan cercaan dari masyarakat.
Mengingat kembali pepatah yang mengatakan, "satu berbuat, semua kena getahnya." Penilaian masyarakat untuk memojokkan keluarga pelaku merupakan sebuah fenomena sosial yang didasari oleh nurani dan perasaan masyarakat yang menganggap bahwa kejadian ini sangat menyedihkan. Kekesalan yang dilampiaskan masyarakat tidak dapat tertampung hanya pada 1 pihak saja sehingga menjalar ke keluarga pelaku. Sedikit sulit diterima akal memang mengapa demikian. Namun, akan lebih jelas apabila kita melihat apa yang telah dilakukan oleh keluarga Apryani sebagai keluarga atau pihak terdekat dengannya.
Sebagai keluarga pelaku, merekalah yang harus memikul tanggung jawab yang besar dan harus memiliki rasa belasungkawa yang paling besar bagi para korban perbuatan anggota keluarga mereka. Sayangnya hal ini tidak terlihat dari mereka. Keluarga korban terlihat mengurus keluarganya masing-masing dari rumah sakit dengan usaha mereka sendiri padahal bukan hasil perbuatan mereka, melainkan perbuatan orang lain. Keluarga Apriyani sibuk mengrus Apriyani di kantor polisi.
Sederhana saja, hal inilah yang menciptakan rasa simpati yang amat besar dari masyarakat pada keluarga korban yang akhirnya memojokkan keluarga pelaku yang seharusnya di samping mengurus Apriyani mereka juga harus bertanggung jawab terhadap korban dan keluarganya. Saya tidak bermaksud menjatuhkan keluarga Apriyani, tetapi dalam hal ini saya hanya memberikan penilaian atas fenomena yang terjadi dalam kecelakaan Tugu Tani dan hal itu merupakan sebuah kewajaran dalam kehidupan sosial. Keluarga Apriyani tak perlu menyalahkan masyarakat atas caci maki yang mereka terima, sebab pada dasarnya Apriyani lah yang bersalah sehingga mencoreng nama keluarga.
Dan perlu kita ketahui bahwa tidak hanya keluarga Apriyani yang dipojokkan dalam kasus ini tetapi banyak kalangan seperti Polri atas kelalaiannya menuntas narkoba, mengawasi lalu lintas, pemerintah atas kurang baiknya mengelola tempat rekreasi, dan lain-lain. Banyak kesalahan yang dapat dicari dalam kejadian ini dan lebih baik lagi jika kesalahan yang sama dapat dihindari. Sebab, semua kesalahan itu tidak akan naik ke permukaan jika kecelakaan Tugu Tani tidak terjadi. Perlu diketahui juga bahwa kehidupan sosial tidak dapat diukur atau dibatasi sebab dia bergerak dinamis dengan sendirinya. Meskipun tidak bersalah, bisa saja akan ikut mendapatkan hukuman dari dan dalam bentuk apapun.
Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kita. Tidak lupa saya ucapkan TURUT BERDUKA CITA atas kepergian korba kecelakaan Tugu Tani, semoga keluarga yang ditinggalkan dan semua yang merasa kehilangan diberikan ketabahan.